Beberapa Contoh Proposal PTK hasil MGMP
PENINGKATAN
KEMAMPUAN MENULIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBAELAJARAN TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT)
A. Latar Belakang
Menguasai bahasa Inggris wajib bagi
siswa di setiap jenjang pendidkan di Indonesia. Tuntutan itu diharapkan mulai
dari tingkat SD sampai ke tingkat SLTA. Bedanya hanya pada penekanannya saja,
sesuai umur siswa pada masing-masing tingkatan sekolah. Jika di tingkat SD
upaya pembelajaran bahasa Inggris baru dimulai ketika murid duduk di kelas IV
dan masih menjadi mata pelajaran muatan lokal. Berbeda dengan di tingkat
lanjutan seperti SLTP. Mata pelajaran bahasa Inggris sudah menjadi mata
pelajaran wajib. Bahkan juga telah menjadi mata pelajaran yang diujikan secara
nasional. Sama seperti tiga mata pelajaran lain, yakni Matematika, IPA, dan
IPS. Di tingkat SLTA pun demikian. Mata pelajaran bahasa Inggris juga menjadi
mata pelajaran wajib dan diujikan secara nasional seperti halnya di tingkat
SLTP.
Penguasaan bahasa Inggris yang
demikian penting bagi siswa tidak terlepas dari fungsi bahasa Inggris itu
sendiri. Selain sebagai kunci untuk membuka ilmu pengetahuan dunia, bahasa
Inggris juga menjadi bahasa untuk pergaulan bangsa-bangsa di dunia. Dengan alasan
itu, siswa yang telah menyelesaikan studinya selama minimal enam tahun,
terhitung mulai dari tingkat SLTP sampai
SLTA, diharapkan telah mampu menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi
secara aktif. Baik berkomunikasi dalam bentuk lisan maupun tertulis.
Sayangnya, tidak banyak sekolah yang
berhasil sesuai apa yang diharapkan. Terutama pada sekolah-sekolah yang
fasilitasnya kurang memadai dengan siswa yang sebagian besar berkemampuan tergolong
rendah. Umumnya mereka masih kesulitan berkomunikasi secara aktif dalam bahasa
lisan. Hal ini juga terjadi pada kemampuan menulis siswa. Menggunakan bahasa Inggris
dalam menulis sebagai bahasa sasaran masih jauh dari harapan. Kasus yang sering
terjadi adalah siswa mengalami kendala pada kemampuan menempatkan kosa kata
bahasa sasaran pada posisi yang tepat. Sekalipun pilihan kata dan konsep dalam
ingatan mereka sudah terorganisasi
dengan baik. Akibatnya pembelajaran bahasa Inggris kurang dapat berhasil
dengan baik.
Kondisi tersebut dialami oleh
umumnya siswa SMAN 1 Tompobulu Kabupaten Gowa. Dari pengamatan penulis,
pencapaian siswa pada kemampuan berkomunikasi siswa dengan menggunakan bahasa
Inggris tulis sangat rendah. Sesuai target KKM, nilai 65 masih merupakan target
pencapain prestasi yang tinggi bagi siswa. Siswa yang mampu mencapai angka
tersebut masih di bawah 50% dilihat dari perolehan nilai keselurahan siswa
dalam empat kelas.
Dalam uji coba tersebut, dari empat kelas
masing-masing kelas XI IPA 1, XI IPA 2, kelas XI IPS 1, dan kelas XI IPS 2; penulis
memberikan lima komponen penilaian esai berbentuk narrative, yaitu : 1) isi
tulisan, 2) pengorganisasian, 3) penggunaan bahasa, 4) kosa kata, dan 5) mekanisme
penulisan. Dari kelima kategori penilaian ini umumnya siswa bermasalah pada
poin ke-2 sampai ke-5. Siswa kesulitan mengurutkan dengan benar ide-ide mereka
meskipun konsep dan alur berpikir mereka sudah matang. Demikian juga dalam
memilih kosa kata (diksi kata) yang tepat sesuai dengan apa yang mereka ingin
sampaikan, sebelum menempatkannya pada posisi yang tepat sesuai dengan
fungsinya dalam kalimat.
Oleh karena itu, dalam penelitian
ini penulis akan berusaha menguraikan bagaimana membantu siswa menggunakan
bahasa Inggris dalam berkomunikasi dalam bentuk tulisan. Hal ini dilakukan
karena bahasa tulis akan sangat membantu siswa dalam menulis sesuai bahasa
sasaran. Ketika siswa telah memahami dan mampu menuangkan ide-idenya ke dalam
bahasa Inggris dalam bentuk tulisan, ia diharapkan akan mudah memperoleh
pekerjaan suatu saat kelak yang menuntut kemampuan bahasa Inggris tulis. Selain
itu dengan kemampuan yang baik dalam bahasa tulis, kemampuan berkomunikasi
secara liasan akan dapat dipelajari oleh siswa secara otodidak.
Dalam upaya membantu siswa, penulis
berusaha memadukan dengan salah satu metode pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT). Sesuai
dengan metode koopertif pada umumnya, metode ini juga menekankan siswa untuk
bekerja secara berkelompok-kelompok, bahkan jika memungkinkan kelompok-kelompok
siswa tersebut berasal dari ras yang berbeda-beda (Widyantini, 2006). NHT adalah suatu pendekatan yang
dikembangkan Kagen untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi
yang tercakup dalam suatu pembelajaran dan mengecek pemahaman siswa terhadap
isi materi pembelajaran tersebut (Muslimin,
2000).
Muslimin (2000) menyebutkan terdapat
empat langkah dalam proses pembelajaran menggunakan metode NHT, yakni: 1) penomoran, 2) mengajukan pertanyaan, 3) berpikir
bersama, dan 4) menjawab. Keempat langkah tersebut masing-masing dilakukan
secara terstruktur dalam berinteraksi di kelas.
Berkaitan dengan hal itu, penulis
akan mengkaji lebih jauh bagaimana membantu siswa meningkatkan prestasinya
dalam menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi dalam bentuk tulisan
dengan judul, “Peningkatkan kemampuan menulis siswa melalui model pembelajaran
kooperatif tipe NHT)”.
B. Rumusan
Masalah
Pencapaian nilai siswa yang belum
mencapai target sesuai KKM yang ditetapkan merupakan alasan utama dalam
penelitian ini. Oleh karena itu, penulis mengajukan satu pertanyaan mendasar yang
diharapkan dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan menulis mereka. Pertanyaan
tersebut adalah, “Apakah penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan kemampuan menulis
siswa?”
C. Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan kemampuan menulis
siswa.
D. Manfaat
Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat:
1. Membantu
siswa dalam meningkatkan kemampuan menulis mereka dalam bahasa Inggris.
2. Menjadi
bahan masukan bagi guru dalam menerapkan metode pembelaran kooperatif yang
bervariasi sesuai dengan kebutuhan siswa.
3. Menjadi
bahan informasi bagi peneliti lain yang tertarik pada penelitian yang berusaha
membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan mereka melalui salah satu metode
kooperatif seperti tipe NHT khususnya
pada keterampilan menulis.
E. Batasan
Penelitian
Penelitian ini terbatas pada
bagaimana menerapkan metode pembelajaran tipe NHT dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) sebagai upaya untuk
meningkatkan kemampuan menulis siswa dalam mata pelajaran bahasa Inggris.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Komponen Penilaian dalam Menulis
Umumnya prestasi menulis siswa
selalu dikaitkan dengan konsistensi penggunaan kata kerja dan nomor, pengguaan
bahasa secara paralel, dan penggunaan tanda baca serta huruf capital dalam
menulis. Komponen penulisan seperti itu telah dipelajari siswa pada tingkat SD.
Demikian juga pada mekanisme penulisan isi tuliasan, ini sangat penting ketika
siswa sudah duduk di tingkat sekolah menengah atas atau SMA. Siswa telah
diharapkan mampu menciptakan sejumlah tulisan yang lebih panjang dan kompleks,
efektif membuat perencanaan yang lebih tinggi, termasuk merevisi proses menulis
sebagai bagian dari kemampuan menulis siswa yang sangat penting. Seklipun tetap
harus mendapatkan bimbingan agar siswa dapat lebih terbiasa menuangkan
ide-idenya dalam menulis. Meskipun demikian, setidaknya ada tiga komponen
penting dalam pembelajaran menulis, yaitu: 1) perencanaan, 2) pengorganisasian
tulisan, dan 3) merevisi isi tulisan (http://WETA/LD.com, 2010).
Membuat tulisan yang baik perlu
adanya desain perencanaan sebagaimana yang dikemukakan oleh Gauntlet (2001)
sebagai berikut:
1. Penulis perlu
menekankan pada pengenalan (introduction)
apa yang akan ditulis
Sangat mungkin apa yang akan
disampaikan harus didasarkan pada interpretasi sebuah pertanyaan. Oleh karena
itu, penulis perlu menyatakan pengenalan isu sebagai sebuah alasan yang
nantinya akan diuraikan lebih jauh, apakah melalui ilustrasi atau eksplorasi, sekalipun
pada akhir tulisan akan dimuat temuan oleh penulis. Sehingga mengenalkan
pertanyaan di awal tulisan dalam bentuk permasalahan perlu dilakukan.
2. Penulis
mempertegas kesimpulan apa yang akan dihasilkan sebagai konsekuensi logis dari
semua yang pernah terjadi sebelumnya
Tulisan yang baik adalah tulisan
yang telah mengembangkan seuntaian hubungan dimana terjadi kepaduan dengan
kesimpulan secara bersama. Dapat juga dengan memuat lebih banyak hal, termasuk
yang hal – hal yang baru dan mencengankan serta bumbu-bumbu tulisan untuk
memperkaya khasanah penulisan di bagian akhir penulisan.
3. Penulis perlu
memperhatikan antara bagian introduction
dan kesimpulan
Pada bagian ini, penulis perlu
mengorganisasikan materi yang akan dimuat mulai memberi batasan pada materi
itu, sub-materi atau argument, dan selanjutnya pada urutan-urutan yang logis.
Semua bagian tulisan perlu saling mendukung, atau paling tidak mengikuti urutan
dengan alasan yang jelas yang mana harus mendahului yang lainnya, jelas dan
terarah, dan secara keseluruhan menarik minat pembaca, serta kesimpulannya
cemerlang.
Dari uraian di atas, penulis menilai
bahwa untuk menghasilkan tulisan yang baik tidak terlepas dari kemampuan
seorang penulis dalam menguraikan suatu permasalahan dengan logis dan terarah.
Alur pemikirannya jelas mulai dari mengenalkan isu pada bagian pendahuluan,
uraian isi tulisan, dan penulisan kesimpulan yang padu yang tidak terlepas dari
ide awal (isu) dan uraian isi tulisan.
Sesuai dengan pengamatan penulis di
bagian latar belakang tulisan ini, penelitian ini akan didasarkan pada kelima
komponen kemampuan menulis siswa, yaitu: 1) isi tulisan, 2) pengorganisasian
tulisan, 3) penggunaan bahasa, 4) kosa kata, dan 5) mekanisme penulisan.
1. Pengertian
model pembelajaran kooperatif
Model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan
adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai
tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika
memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
memperhatikan kesetaraan gender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan
kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran (Widyantini, 2006).
Menurut Nur (2005), semua model pembelajaran ditandai
dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan.
Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model
pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan dan
struktur penghargaan model pembelajaran lain. Dalam proses pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu
tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil
belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman
dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
1. Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat
elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran
kooperatif adalah adanya: (1) saling ketergantungan positif, (2) interaksi
tatap muka, (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin
hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan
(Abdurrahman dan Bintoro dalam Nurhadi, 2004).
a.
Saling
ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar
siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang
dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan positif
menuntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan sesama siswa saling
memberikan motivasi untuk meraih hasil yang optimal.
b.
Interaksi tatap
muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling
bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru,
tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam itu memungkinkan para siswa
dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi.
Interaksi semacam itu sangat penting karena ada siswa yang merasa lebih mudah
belajar dari sesamanya.
c.
Akuntabilitas
individu
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok.
Meskipun demikian, penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual tersebut selanjutnya disampaikan
oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota
kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat
memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar
semua anggotanya, dan karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan
kontribusi demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas
rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual inilah yang
dimaksud dengan akuntabilitas individual.
d.
Keterampilan
menjalin hubungan antar pribadi
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa,
sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani
mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan
berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya
diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin
hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh teguran dari guru tetapi juga
dari sesama siswa.
2. Tujuan pembelajaran kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan
tujuan pembelajaran konvensional yang menerapkan sistem individualistik maupun
sistem kompetitif. Tujuan pembelajaran kooperatif menurut Slavin (1995) adalah
menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi
oleh keberhasilan kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim dkk
(2000) sebagai berikut:
a.
Hasil belajar
akademik
Pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial. Namun
demikian, menurut Ibrahim dkk (2000), pembelajaran kooperatif juga bertujuan
untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Para ahli
mengemukakan bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep
yang sulit. Struktur penghargaan pada pembelajaran kooperatif telah dapat
meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang
berhubungan dengan hasil belajar. Selain itu, pembelajaran kooperatif dapat
memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang
bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
b.
Penerimaan terhadap
perbedaan individu
Tujuan lain dari model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan terhadap
orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial maupun kemampuan. Allport (dalam
Ibrahim, 2000) mengemukakan bahwa kontak fisik di antara orang-orang yang
berbeda ras atau kelompok etnis tidak cukup untuk mengurangi kecurigaan dan
perbedaan ide. Pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa yang berbeda latar
belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu dengan yang lain atas
tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif,
belajar untuk menghargai satu dengan yang lain.
c.
Pengembangan
keterampilan sosial
Keterampilan sosial amat penting untuk dimiliki oleh masyarakat. Banyak
kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling
bergantung satu sama lain dan di dalam masyarakat yang secara budaya beragam.
Atas dasar itu Ibrahim (2000) mengemukakan bahwa tujuan penting yang lain dari
pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan
kerjasama dan kolaborasi.
3. Peran guru dalam pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk berperan
relatif berbeda dari pembelajaran tradisional. Menurut Nurhadi (2004) berbagai
peran guru dalam pembelajaran kooperatif tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut.
1.
Merumuskan tujuan
pembelajaran;
2.
Menentukan jumlah
anggota dalam kelompok belajar;
3.
Menentukan tempat
duduk siswa;
4.
Merancang bahan
untuk meningkatkan saling ketergantungan positif;
5.
Menentukan peran
siswa untuk menunjang saling ketergantungan positif;
6.
Menjelaskan tugas
akademik;
7.
Menjelaskan kepada
siswa mengenai tujuan dan keharusan bekerja sama;
8.
Menyusun
akuntabilitas individual;
9.
Menyusun kerja sama
antar kelompok;
10.
Menjelaskan
kriteria keberhasilan;
11.
Menjelaskan
perilaku siswa yang diharapkan;
12.
Memantau perilaku
siswa;
13.
Memberikan bantuan
kepada siswa dalam menyelesaikan tugas;
14.
Melakukan
intervensi untuk mengajarkan keterampilan bekerja sama;
15.
Menutup pelajaran;
16.
Menilai kualitas
pekerjaan atau hasil belajar siswa;
17.
Menilai kualitas
kerja sama antar anggota kelompok.
4. Langkah-langkah atau fase dalam pembelajaran kooperatif
Terdapat 6 fase atau langkah utama dalam pembelajaran
kooperatif (Arends, 2001:332). Keenam fase pembelajaran kooperatif dirangkum
dalam tabel berikut ini:
Tabel 1. Langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif
Fase
|
Kegiatan Guru
|
Fase1:
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
|
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
|
Fase 2:
Menyajikan
informasi
|
Guru menyajikan informasi kepada siswa,baik dengan
peragaan (demonstrasi) atau teks
|
Fase3:
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
|
Guru menjelaskan siswa bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan secara
efisien
|
Fase 4:
Membantu kerja
kelompok dalam belajar
|
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat
mereka mengerjakan tugas
|
Fase 5:
Mengetes materi
|
Guru mengetes materi pelajaran atau kelompok menyajikan
hasil-hasil pekerjaan mereka
|
Fase 6:
Memberikan
penghargaan
|
Guru memberikan cara-cara untuk menghargai, baik upaya
maupun hasil belajar individu dan kelompok
|
5. Penilaian dalam pembelajaran kooperatif
Penilaian dalam pembelajaran kooperatif, didasarkan atas skor individu dan
skor kelompok. Skor kelompok didasarkan pada peningkatan skor anggota kelompok
dibandingkan skor yang telah diperoleh sebelumnya. Sesegera mungkin setelah
kuis guru menghitung skor peningkatan individu dan skor kelompok dan
mengumumkan skor kelompok secara tertulis di papan pengumuman atau cara lain
yang sesuai. Hal ini membuat hubungan antara bekerja dengan baik dan menerima
pengakuan jelas bagi siswa, meningkatkan motivasi mereka untuk melakukan yang
terbaik. Adapun pedoman untuk menghitung skor peningkatan
individual mengacu pada Tabel 2.
Tabel 2. Menghitung skor peningkatan individual
Skor Kuis Akhir
|
Nilai Peningkatan
|
o
Lebih dari 10
poin di bawah skor dasar
o
Sepuluh sampai 1
poin di bawah skor dasar
o
Skor dasar sampai
10 poin di atas skor dasar
o
Lebih 10 poin di
atas skor dasar
o
Pekerjaan
sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar)
|
5 poin
10 poin
20 poin
30 poin
30 poin
|
Sumber:
Nur, 2005
Pengakuan kepada prestasi kelompok. Segera setelah menghitung skor untuk setiap siswa dan
menghitung skor kelompok, guru hendaknya mempersiapkan semacam pengakuan kepada
tiap kelompok yang mencapai peningkatan. Untuk menghitung skor dan penghargaan
kelompok digunakan kriteria seperti pada
Tabel 3.
Tabel 3. Kriteria penghargaan kelompok
Nilai rata-rata Kelompok
|
Penghargaan
|
5 < X ≤ 15
|
Baik
|
15 < X
25
|
Hebat
|
25 < X
30
|
Super
|
Sumber:
Nur, 2005
6. Pendekatan
struktural Numbered Heads Together (NHT)
Pendekatan
struktural adalah salah satu pendekatan dalam pembelajaran kooperatif, yang
dikembangkan oleh Spencer Kagen dkk. (Muslimin, 2000). Pendekatan ini
menekankan penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa. Struktur yang dikembangkan Kagen ini dimaksudkan sebagai
alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi, dimana guru
mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberikan jawaban setelah
mengangkat tangan dan ditunjuk. Struktur yang dikembangkan Kagen ini
menghendaki siswa untuk bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih
dicirikan oleh penghargaan kooperatif, daripada penghargaan individu.
Numbered Heads
Together
adalah suatu pendekatan yang dikembangkan Kagen untuk melibatkan lebih banyak
siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pembelajaran dan mengecek
pemahaman siswa terhadap isi materi pembelajaran tersebut (Muslimin, 2000).
Terdapat empat langkah dalam pembelajaran struktural NHT (Muslimin, 2000).
Langkah-langkah
tersebut sebagai berikut:
1.
Penomoran, guru membagi
siswa ke dalam kelompok beranggota 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok
diberi nomor antara 1 sampai 5.
2.
Mengajukan
pertanyaan,
guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa.
3.
Berfikir bersama, siswa
menyatukan pendapat tentang jawaban pertanyaan, dan meyakinkan tiap anggota
kelompok mengetahui jawaban tersebut. (Peneliti menerjemahkan menyatukan
pendapat, mulai dari proses sampai diperoleh jawaban akhir/ produk).
4.
Menjawab, guru memanggil
suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan
tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Berdasarkan
pada empat langkah pokok pembelajaran struktural NHT di atas, penulis menjabarkan kegiatan pembelajaran kooperatif
pendekatan struktural NHT sebagai
berikut.
Tabel
4. Penjabaran proses pembelajaran kooperatif NHT
Langkah
NHT
|
Proses pembelajaran
|
Langkah
1 (penomoran).
|
Pendahuluan
1.
Diawali dengan membagi siswa ke dalam kelompok (4-5) dan setiap anggota kelompok diberi
nomor.
2.
Menginformasikan materi yang akan dibahas.
3.
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan
pendekatan pembelajaran yang akan
digunakan.
4.
Memotivasi siswa agar timbul rasa ingin tahu
tentang materi yang akan dibahas.
|
Langkah
2 (mengajukan pertanyaan).
|
Kegiatan inti
5.
Menjelaskan materi
secara sederhana
6.
Mengajukan pertanyaan secara klasikal
|
Langkah 3
(berfikir bersama)
|
7.
Memikirkan
pertanyaan yang diajukan oleh guru.
8.
Menyatukan
pendapat dengan cara mengerjakan tugas yang diberikan, dan memastikan setiap
anggota kelompok mengetahui jawabannya.
Contoh teknik
pelaksanaan untuk kelompok dengan 4 anggota.
Untuk mengerjakan
soal/pertanyaan yang diajukan oleh guru, siswa label 1 berpasangan dengan
siswa label 2, siswa label 3 berpasangan dengan siswa label 4. Setelah
selesai, baru mereka diskusikan secara kelompok (4 orang). Hasil (4 orang)
tersebut merupakan hasil diskusi kelompok.
|
Langkah 4 (menjawab)
|
9.
Guru memanggil salah satu nomor dari salah satu
kelompok secara acak, siswa yang dipanggil mengacungkan tangan, dan menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru.
|
Lanjutan Tabel 4.
Langkah
NHT
|
Proses pembelajaran
|
Langkah 4 (menjawab)
|
10. Siswa label sama, (kelompok lain) menanggapi, guru
memimpin diskusi
11. Guru
memberikan komentar terhadap presentasi hasil diskusi kelompok. Jika ada
kelompok yang menjawab benar, guru memberikan pujian (pada kelompok dan
individu), tetapi jika belum ada hasil diskusi kelompok yang benar, guru
menawarkan kepada seluruh kelompok, siapa yang berani merangkum/memperbaiki
jawaban. (atau menunjuk kelompok
terbaik & guru memberikan bimbingan).
12. Memberi
kesempatan siswa mencatat jawaban yang sudah benar.
|
Penutup
13. Umpan balik.
14. Membimbing
siswa menyimpulkan materi.
15. Memberi tes individu dan PR
|
BAB III
METODE
PENELITIAN
A.
Setting
Penelitian
Pelaksanaan
penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 1 Tompobulu selama 3 bulan yakni
dari bulan Februari sampai April 2012.
Subyek
penelitian adalah siswa kelas XI IPS2 SMA Negeri 1 Tompobulu Kabupaten Gowa
Tahun Pembelajaran 2011-2012 sebanyak 21 orang yang terdiri dari 11 orang
laki-laki dan 10 orang perempuan.
B. Prosedur
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini
terdiri atas dua siklus, setiap siklus terbagi atas perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan evaluasi, dan refleksi.
Secara
rinci, pelaksanaan prosedur penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.
Kegiatan Siklus Pertama
Siklus I dilakukan 4 kali pertemuan atau
8 jam pelajaran dengan alokasi waktu 8 x
45 menit. Pertemuan 1 sampai pertemuan ke-3 dialokasikan untuk proses
belajar mengajar dan pertemuan ke-4 untuk melaksanakan tes akhir Siklus I.
Berikut tahapan kegiatan Siklus I, yaitu :
a.
Tahap Perencanaan
Pada
tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a)
Menelaah Kurikulum Bahasa
Inggris SMA Kelas XI Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012.
b)
Membuat
rencana pembelajaran untuk setiap pertemuan
c)
Membuat
lembar observasi untuk melihat bagaimana keaktifan siswa pada saat proses
belajar mengajar berlangsung.
d)
Membuat
instrumen hasil belajar siklus I
b.
Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada saat pelaksanaan
tindakan untuk siklus I, dilaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a)
Memberikan
motivasi dan menyampaikan prosedur model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
b)
Menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan materi yang akan dipelajari
c)
Meminta
siswa untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
d)
Mengorganisasikan
siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari 4-5 orang dari 6
kelompok sesuai jumlah siswa dalam satu kelas. Masing-masing anggota kelompok untuk
setiap kelompok diberikan nomor (label) dari angka 1 sampai 5.
e)
Menjelaskan
materi secara sederhana yaitu terfokus pada contoh-contoh kriteria tulisan yang
telah disiapkan sebelumnya oleh peneliti untuk membantu siswa memahami kelima
kriteria tulisan yang diharapakan.
f)
Mengajukan
pertanyaan secara klasikal yaitu mengajak siswa untuk menemukan kelima kriteria
yang dimaksud dalam tulisan yang berkisar 200 – 300 kata.
g)
Siswa
memikirkan pertanyaan yang diajukan oleh guru yaitu mengeksplorasi pemahaman
siswa tentang kelima kriteria penulisan.
h)
Menyatukan
pendapat dengan cara mengerjakan tugas yang diberikan (sesuai kelima kriteria
tulisan yang diharapkan), dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui
jawabannya. Dalam hal ini setiap siswa dalam satu kelompok menguraikan satu
topik dalam tulisan. Selagi mereka bekerja, mereka boleh saling bertukar
pikiran sesama kelompok sesuai topic masing-masing. Sebelum menuju ke tahap
berikutnya, guru terlebih dahulu berkeliling mengecek hasil kerja siswa untuk
memastikan kebenaran pemahaman siswa terhadap kelima kriteria penulisan.
i)
Memanggil
salah satu nomor dari salah satu kelompok secara acak, siswa yang dipanggil
mengacungkan tangan, dan menjawab pertanyaan (pertanyaan yang dijawab sesuai
kelima kriteria penulisan yang telah dikerjakan sendiri oleh siswa).
j)
Pemberian
kuis untuk mengukur skor peningkatan individu dan kelompok (sesuai table 2 dan
3)
k)
Memberi
penghargaan berupa pujian kepada kelompok yang anggotanya aktif dan memahami
materi selama pembelajaran berlangsung.
c.
Tahap Observasi
dan Evaluasi
Selama proses
pembelajaran berlangsung, penulis dibantu satu orang yang bertindak sebagai
observer (kolaborator), yaitu dengan mengisi lembar observasi yang memuat
keaktifan siswa, siswa yang aktif dalam pelajaran, siswa yang mengajukan
pertanyaan, tanggapan, yang menjawab pertanyaan, meminta bimbingan guru, dan
hal-hal lain yang tidak seharusnya dilakukan pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Pada akhir siklus ini juga diadakan tes tertulis untuk mengukur
hasil belajar selama siklus I.
d.
Tahap Refleksi
Hasil yang
didapatkan dalam tahap observasi dan evaluasi selanjutnya dianalisis secara
kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif dan analisis kualitatif.
Demikian pula pada tahap evaluasinya, apakah kegiatan pembelajaran telah dapat
meningkatkan kemampuan siswa. Hasil analisis data yang dilaksanakan dalam tahap
ini akan dipergunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus berikutnya.
2.
Kegiatan Siklus
II
Langkah-langkah
yang dilakukan pada siklus II relatif sama dengan perencanaan dan pelaksanaan
tindakan pada siklus I, namun pada beberapa langkah dilakukan perbaikan dan
penyempurnaan atau penambahan tindakan sesuai dengan kenyataan yang ditemukan.
Tahap-tahap kegiatannya adalah sebagai berikut:
a.
Tahap Perencanaan
Tahap Perencanaan dilakukan pada tahap ini adalah pelaksanaan tindak
lanjut dari siklus I. Hal-hal yang dilakukan adalah merumuskan tindakan
selanjutnya berdasarkan hasil refleksi siklus I. Kegiatan yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
a)
Memfokuskan materi menulis
pada bagian yang perlu mendapat perhatian
b)
Membuat lembar
observasi siswa untuk melihat keaktifan selama proses pembelajaran berlangsung.
c)
Menyiapkan
instrumen tes akhir siklus II
b.
Tahap Pelaksanaan Tindakan
Siklus II
merupakan perbaikan dari siklus I, dilaksanakan selama 4 kali pertemuan.
Pertemuan 1 sampai pertemuan ke-3 dialokasikan pada proses belajar mengajar,
sedangkan pertemuan ke-4 untuk melaksanakan tes akhir siklus II
c.
Tahap Observasi dan Evaluasi
Pada tahap ini
proses observasi dan pencatatan selama kegiatan proses belajar mengajar
berlangsung, pencatatan dengan mengisi lembar observasi. Pada akhir siklus ini,
siswa diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan secara tertulis tentang pelaksanaan proses pembelajaran serta
diadakan tes tertulis untuk mengukur hasil belajar selama siklus II.
d.
Tahap Refleksi
Hasil yang diperoleh pada tahap
observasi dan evaluasi dikumpulkan dan di analisis secara kuantitatif dengan
menggunakan statistik deskriptif dan analisis kualitatif. Selanjutnya diadakan
analisis reflektif untuk membuat rangkuman hasil penelitian dan saran-saran
serta masukan dari siswa sebagai rekomendasi kepada pihak-pihak yang terkait.
C. Teknik Pengumpulan Data
Data hasil
penelitian dikumpulkan dengan cara:
1.
Observasi, yaitu hasil rekaman proses
pembelajaran berupa keberhasilan dan
kelemahan pelaksanaan tindakan.
2.
Data hasil belajar siswa tentang kemampuan
menulis ekposisi.
3.
Data
tentang keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
D. Instrumen
Penelitian
Instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah unjuk kerja menulis siswa
dan lembar observasi. Tes menulis siswa untuk mengetahui sejauh mana
peningkatan belajar siswa dalam menulis esai eksposisi sedangkan lembar
obsevasi untuk mengetahui keaktifan siswa dalam belajar.
E. Teknik
Analisis Data
Analisis data yang dilakukan
adalah deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Deskriptif kuantitatif digunakan
untuk menganalisis data tentang hasil belajar siswa sedangkan kualitatif
digunakan untuk menganalisis data tentang hasil observasi dan tanggapan siswa.
Untuk mengetahui
nilai setiap siswa digunakan rumus sabagai berikut:
N =
N = nilai
P = skor perolehan
Q = skor maksimal
Untuk jenis
analisis data kuantitatif digunakan kategorisasi skala lima yang ditetapkan
oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, sebagai berikut:
TABEL 3.1. Kategori Skala Lima
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
NO
|
NILAI
|
KATEGORI
|
1
|
0-34
|
Sangat rendah
|
2
|
35-54
|
Rendah
|
3
|
55-64
|
Sedang
|
4
|
65-84
|
Tinggi
|
5
|
85-100
|
Sangat tinggi
|
TABEL 3.2 Rubrik
Penskoran untuk Kelima Kriteria Variabel Penilaian Tulisan
NO
|
Nama
|
IT
|
PT
|
PB
|
KK
|
MP
|
Å«
|
Kategori
|
1
2
3
.
.
.
21
|
||||||||
Å«
|
N =nilai siswa setiap item
Ū = skor rata-rata
X = skor maksimal
IT = isi
tulisan
PT = pengorganisasian
tulisan
PB = penggunaan bahasa
KK = kosa kata
MP = mekanisme
tulisan
F. Indikator
Keberhasilan
Indikator
keberhasilan dalam penelitian ini ditandai dengan meningkatnya hasil belajar
siswa dari siklus I dan siklus II serta tercapainya Kriteria Ketuntasan
Minimal. Adapun KKM SMA negeri 1 Tompobulu adalah 65. Model pembelajaran ini
dianggap berhasil jika 75% siswa telah mencapai KKM.
Disamping itu
terjadi perubahan perilaku siswa terhadap pembelajaran. Mereka semakin aktif
dalam pembelajaran.
Daftar
Pustaka
Arends.
R.I.2001. Learning to Teach (5th
ed.). Boston: McGraw-Hill
David,
Gauntlett. 2001. Essay-Writing: The
Essenstial Guide. Diakses dari www.david@theory.org.uk. Tanggal
3-12-2011.
Ibrahim,
Muslimin dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA University
Press
Nur, M. 2000. Pengajaran
Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruksivis Dalam Pengajaran.
Surabaya: UNESA
Nurhadi. 2004. Pembelajaran
Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Penerbit Universitas Malang
Slavin, R.E.
1995. Cooperatif Learning: Theory,
Research, and Practice (2nd ed.). Boston: Allyn and Bacon
Diakses dari http://WETA/LD OnLine works in association with the
National Joint Committee on Learning Disabilities, tanggal 3-12-2011.
Widyantini, Th. 2006. Model
Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif.Yogyakarta: PPPG
Dirjen PMPTK Depdiknas
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembelajaran
bahasa Inggris di kelas belum mencapai sasaran yang diharapkan. Kurikulun
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menghendaki peserta didik mampu
menggunakan bahasa Inggris secara sederhana baik secara lisan maupun secara
tertulis. Hasil Pretest menunjukkan
bahwa rata-rata nilai bahasa Inggris kelas X B khususnya kemampuan memahami
wacana adalah 52. Ini menunjukkan bahwa perolehan nilai rata-rata peserta didik
masih jauh dari nilai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan yakni
65. Penulis mengamati bahwa peserta didik tidak memiliki keterampilan dalam
memahami wacana. Mereka tidak mampu memahami dengan baik inti dari suatu
pertanyaan yang berkaitan dengan suatu wacana.
Penulis
mengamati bahwa banyak faktor yang mempengaruhi sehingga nilai peserta didik
masih rendah. Salah satu faktor adalah guru belum mampu memberikan dorongan
atau motivasi memahami dan menggunakan bahasa Inggris secara baik. Peserta
didik tidak tertarik mengikuti proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena
guru masih menggunakan metode konvensional.
Untuk mengatasi permasalahan ini, penulis berusaha
menggunakan metode pembelajaran terkini yang dikenal dengan istilah model
pembelajaran Kooperatif tipe STAD ( Students Team Achievement Division).
Model pembelajaran ini menuntut peserta
didik untuk aktif dalam proses pembelajaran. Peserta didik diharapkan saling
memberikan bantuan, bekerjasama untuk mencapai hasil bersama. Aspek sosial
sangat menonjol dan mereka dituntut untuk bertanggungjawab terhadap
keberhasilan kelompok. Dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model ini,
seorang guru harus melakukan 5 tahap yakni: (1) persiapan, (2) persentase
kelas, (3) kerja kelompok, (4) kuis atau tes, (5) penghargaan kelompok. Menurut
Arends (1997:124) pembelajaran kooperatif tipe STAD bercirikan informasi materi
pelajaran yang disampaikan adalah sederhana dan tugas utama pesertra didik
adalah menyelesaikan lembar kerja secara kelompok.
Berkaitan
dengan uraian di atas, peneliti melakukan penelitian tentang cara meningkatkan
motivasi belajar dalam upaya memahami wacana dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
peserta didik kels X B SMA Negeri 1 Bajeng .
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas ,maka penulis menyusun rumasan masalah sebagai berikut:”
Bagaimana meningkatkan motivasi belajar dalam memahami wacana dengan mengunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada peserta didik kels X B SMA Negeri
1 Bajeng tahun pembelajaran 2010-2011?
C.
Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi peserta didik dalam
memahami wacana dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
D.
Manfaat penelitian
Manfaat
penelitian ini adalah:
1.
Untuk memberikan informasi kepada guru bahasa Inggris
tentang pentingnya meningkatkan motivasi peaseta didik melalui penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD
2.
Sebagai bahan informasi kepada guru bahasa Inggris
tentang efektifityas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
upaya meningkatkan hasil belajar.
3.
Sebagai salah satu referensi bagi peneliti selanjutnya
khususnya dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Membaca
1.
Eksistensi Membaca
Membaca
adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan ,yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media-media kata
\bahasa tulis .suatu proses yang menuntut agar kata yang merupakan suatu
kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas ,dan agar makna kata-kata
secara individual agar dapat diketahui .kalau hal ini tidak terpenuhi ,maka
pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami ,dan
proses membaca itu tidask terlaksanaka dengan baik (Hodgson 1960:3-440).
Membaca
adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa .kegiatan membaca tidak boleh
terlepas dari aktivitas keseharian manusia sebab dengan membaca maka akan
semakin banyak pada pengetahuan yang dimiliki .Membaca adalah proses berfikir
sebab tindakan dalam membaca memerlukan interpretasi untuk mengenal kata dan
simbol yang tertulis .
2.
Jenis-Jenis Membaca
Jenis
membaca terbagi atas dua yakni membaca nyaring dan membaca dalam hati .Membaca
nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru
,murid ,ataupun pembaca bersama-sama dengan orang .lain atau pendengar untuk
menagkap serta memahami informal,pikiran dan perasaan seseorang pengarang
.sedsngkan membaca dalam hati adalah kegiatan membaca yang hanya mempergunakan
kegiatan yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan untuk memperoleh
informasi .
Dengan
demikian, hakikat pemahaman membaca ialah kesanggupan seseorang dalam memaknai,
manganalisis, dan memahami sebuah bacaan yang telah dibacanya sehingga dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan sehubungan dengan bacaan
tersebut
B. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motivasi adalah suatu perubahan energi
di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan)
dan reaksi untuk mencapai tujuan ( Donald: 1950). Oemar Hamalik 1992: 173)
perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata
berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari
aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya
dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapainya
Dalam
proses belajar bahasa inggris ,motivasi dalam belajar tak akan mungkin
melakukan aktivitas belajar .Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan
dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya .segala sesuatu yang menarik minat
orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuan dengan kebutuhannya.Maslow {1943,1970)
sangat percaya bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh
kebutuhan-kebutihan tertentu seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman ,rasa
cinta penghargaan dan aktualisasi diri ,nebgetahui dan mengerti dan kebutuhan
estetik .Kebutuhan –kebutuhan inilah menurut Maslow yang mampu memotivasi
tingkah laku individu .Oleh Karena itu ,apa yang seseorang lihat sudah tentu
akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai hubungan
dengan kepentingannya sendiri .
Seseorang
yang melakukan aktivitas belajar secara terus menerus tanpq motivasi dari luar
dirinya mrupakan motivasi intrinsik yang sangat penting dalam aktifitas
belajar. Namun, seseorang yang tidak mempunyai keinginan untuk belajar,
dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik diperlukan.
Dari
uraian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa mptivasi adalah kemauan atau
hasrat untuk melakukan sesuatu yang timbul dari dalam atau dari luar pribadi
untuk mencapai keinginan yang didambakan.
2.
Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik
Motivasi
intrinsik adalah motivasi yang bersumber dari dalam diri peserta didik yang
sangat memegang peranan dalam menentukan keberhasilan siswa untuk mencapai
kesuksesan belajar (Kamaruddin, 2009:37). Bila seseorang telah memiliki
motivasi instrinsik, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang
tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktifitas belajar, seorang
anak akan bergairah belajar karena ingin meraih keberhasilan dalam mencapai
tujuan yang didambakan. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran yang
positif bahwa kesuksesan dalam belajr saat ini akan mempengaruhi kehidupannya
di masa mendatang.
Dengan
demikian penulis menyimpulkan bahwa motivasi intrinsic adalah dorongan yang
timbul dari dalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas termasuk proses pembelajaran
untuk mencapai cita-cita yang didambakan.
3.
Motivasi Ekstrinsik
Motivasi
ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Kamaruddin (2009:39)
menyatakan bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang bersumber dari luar
diri peserta didik yang turut membantu dalam proses pembelajaran untuk mencapai
keberhasilan belajar.
Motivasi
ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam
dunia pendidiian. Motivasi ini diperlukan agar anak didik mau belajar. Berbagai
macam cara dilakukan agar peserta didik termotivasi belajar. Guru yang berhasil
mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat anak didik dalam belajar.
Penggunan metode, media dan berbagai sarana lainnya merupakan bentuk dari
motivasi ekstrinsik dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus
kreatif dan aktif menggunakan motivasi ekstrinsik dengan akurat dalam menunjang
proses interaksi edukatif di kelas.
Hasman
(2010:21) menyatakan bahwa motivasi ekstrinsik dapat berpa kondisi lingkungan
pembelajaran, perpustakaan, ruang kelas, metode yang dipakai guru dalam
mengajar, alat peraga belajar serta keuangan peseta didik.
Berdasarka
argument di atas penulis berpendapat bahwa motivasi ekstrinsik adalah dorongan
yang bersumber dari luar diri seseoorang yang dapat bersumber dari guru, sarana
sekolah dan kondisi lingkungan sekolah yang turut mempengaruhi peserta didik
dalam proses pembelajaran.
C.
Pembelajaran
Kooperatif ( Cooperative Learning)
Pembelajaran
kooperatif ( Cooperative Learning) sebenarnya
bukanlah ide baru namuntelah ada sejak lama, bahkan pada awal abad pertama para
filosof (Hasman, 2000:25) berpendapat bahwa untuk dapat belajar seseorang harus
memiliki pasangan atau teman. Dari situlah ide pembelajaran kooperatif
dikembangkan.
Pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran kedalam suatu kelompok kecil dimana peserta
didik belajar bersama guna menyelesaikan suatu masalah yang memiliki tingkat
kemampuan yang berbeda-beda di kelompok tersebut. Setiap anggota kelompok
saling berkerjasama dan membantu memahami suatu pelajaran. Model pembelajaran
ini menuntut kerjasama peserta didik dan saling ketergantungan dalam struktur
tugas dan tujuan.
Warni
(2010:10) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
bernaung dalam teori konstruktivisme. Dalam proses pembelajaran siswa diberi
kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuannya. Siiswa harus dilibatkan secara
aktif dalam kegiatan belajar serta berkontribusi dalam membangun pengetahuan,
serta bertanggungjawab terhadap apa yang ia konstruksikan. Dalam pembelajaran
kooperatif muncul konsep bahwa peserta didik akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya untuk
saling membantu memecahkan masalah yang kompleks.
Dari
uraian di atas penulis menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif disusun dalam
sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, menfasilitasi siswa dengan
pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta serta
memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama
yang berbeda latar belakangnya. Jadi
dapat dikatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu
esebagai pelajar ataupun sebagai guru (pembimbing) untuk mencapai tujuan
bersama.
Ibrahim
(2000:9) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki cirri-ciri sebagai
berikut:
1.
Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi belajar.
2.
Kelompok sibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan
berbeda.
3.
Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras,
budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
4.
Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada
individu.
Selanjutnya
Ibrahim (2000:17) menyebutkan bahwa unsur-unsur dasar yang perlu untuk
ditanamkan kepada siswa agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan lebih
efektif adalah:
1.
Siswa harus memiliki persepsi sama bahwa mereka
“tenggelam” atau “ berenang” bersama.
2.
Siswa memiliki tanggungjawab terhadap setiap siswa lain
dalak kelompoknya, disamping tanggungjawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari
materi yang dihadapi.
3.
Siswa harus berpandangan bahwa mereka mempunyai tujuan
yang sama.
4.
Siswa harus membagi btugas dan tanggungjawab sama
besarnya diantara para anggota kelompok.
5.
Siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan
yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelomok.
6.
Siswa berbagi kepemimponan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerjasama selama belajar.
7.
Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok.
Berikut ini langkah-langkah atau fase-fase pembelajaran kooperatif:
Tabel 1. Fase-fase pembelajaran kooperatif
Faes-Fase
|
Tingkah
Laku Guru
|
Fase-1
Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa
|
Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa.
|
Fase-2
Menyajikan informasi
|
Guru menyajikan
informasi kepada siswa dengan jalan demonstrsi atau lewat bahan bacaan
|
Fase-3
Mengorganisasikan
siswa ke dalam kelompok
|
Guru menjelaskan
kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
|
Fase-4
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
|
Guru membimbing
kelompok – kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
|
Fase-5
Evaluasi
|
Guru mengevaluasi
hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresenrasekan hasil kerjanya.
|
Fase-6
Memberikan
penghargaan
|
Guru mencari cara
untuk menghargai hasil kerja hasil belajar individu dan kelompok.
|
D. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Studeny Teams Achievement Division) merupakan salah satu
tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dengan menggunakan
kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tisp kelompok 4-6 orang siswa
secara heterogen. Diawali dengan penyanpaian tujuan pembelajaran, penyampaian
materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.
Slavin
dalam Trianto (2000:26) menyatakan bahwa pada Stad siswa ditempatkan dalam
kelompok belajar berangggota 4-6 orang yang merupakan campuran menurut tingkat
prestasi ,jenis kelamin ,dan suku .Guru menyajikan pelajaran ,dan kemudian
siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh anggota kelompok
telah menguasai pelajaran tersebut .Kemudian ,seluruh siswa diberikan tes
tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling
membantu.
Menurut
slavin dalam Trianto, (2005:16) Student Team Achievement Division (STAD)
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Bahan pelajaran disajikan oleh guru dan siswa harus
mencurahkan perhatiannya, karena hal itu akan mempengaruhi hasil kerja didalam
kelompok.
b.
Anggota kelompok terdiri empat sampai enam orang siswa,
mereka heterogen dalam berbagai hal seperti prestasi akademik dan jenis
kelamin.
c.
Setelah tiga kali pertemuan diadakan tes individu
berupa kuis mingguan yang harus dikerjakan siswa sendiri.
d.
Materi pelajaran disiapkan oleh guru dalam bentuk
lembar kerja siswa.
e.
Menempatkan siswa dalam kelompok lebih baik ditentukan
oleh guru dari pada memilih sendiri.
STAD
terdiri dari tahap-tahap kegiatan pengajaran sebagai berikut:
a.
Penyajian materi: mempresentasikan materi pelajaran
b.
Kerja kelompok: setiap kelompok yang terdiri dari 4-6
orang yang heterogen , tiap siswa diberikan lembar kerja siswa (LKS) berisikan
tugas atau kegiatan yang harus dikerjakan berkaitan dengan materi pelajaran
yang telah dijelaskan oleh guru. Siswa akan berinteraksi dan saling membantu,
mendiskusikan tugas yang harus mereka selesaikan.
c.
Kuis: siswa mengerjakan kuis secara individu sekalipun
skor yang ia peroleh nanti digunakan untuk menentukan keberhasilan kelompoknya.
d.
Perhitungan skor dengan penghargaan kelompok: skor yang
diperoleh setiap anggota dalam kuis akan berkontribusi pada kelompok mereka,
dan didasarkan pada sejauh mana skor mereka telah meninkat dibandingkan dengan
skor awal yang mereka capai sebelumnya.
e.
Penghargaan kelompok: penghargaan kelompok diberikan
pada kelompok yang berprestasi.
Untuk
mengoptimalkan pencapaian hasil pembelajaran kooperatif dengan pendekatan Student Team Achievement Divison (STAD). Maka
guru perlu memahami prinsip-prinsip penerapannya dalam kegiatan belajar
mengajar. Berikut dikemukakan prinsip-prinsip penerapan pendekatan STAD dalam
pembelajaran kooperatif.
- Bagilah siswa kedalam kelompok-kelompok masing-masing terdiri dari 4 atau 6 orang anggota. Untuk menempatkan siswa dalam kelompok, urutkan mereka dari atas kebawah berdasarkan kemampuan akademik tertentu ( misalnya nilai rapor yang lalu atau ujian blok ) dan bagilah daftar siswa yang telah diurut itu menjadi 4, pastikan bahwa kelompok-kelompok yang terbentuk itu berimbang jenis kelamin, kemampuan akademik dan lain-lain.
- Buatlah Lembaran Kegiatan Siswa (LKS) dan kuis pendek untuk pelajaran yang direncanakan untuk diajarkan. Selama belajar kelompok (satu atau dua periode kelas) tugas anggota kelompok adalah menguasai secara tuntas materi yang dipresentasikan dan membantu anggota kelompok mereka menguasai secara tuntas materi tersebut.
- Pada saat guru menjelaskan tentang STAD di dalam kelas, guru terlebih dahulu membacakan tugas-tugas yang harus dikerjakan kelompok yaitu:
1)
Mintalah anggota kelompok bekerjasama mengatu bangku
atau meja kursi mereka.
2)
bagikan LKS atau materi belajar lain.
3)
anjurkan agar siswa pada tiap-tiap kelompok bekerja
berpasangan atau ketiga. Apabila mereka sedang mengerjakan soal itu dan
kemudian saling mengejek pekerjaannya diantara teman dalam pasangan atau
ketiganya itu. Apabila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan soal itu, teman
satu siswa itu memiliki tanggung jawab untuk menjelaskan soalitu.
4)
Beri penekanan kepada siswa bahwa mereka tidak boleh
mengakhiri kegiatan belajar sampai mereka yakin bahwa seluruh anggota kelompok
dapat menguasai materi yang diajarkan.
5)
Pastiakan siswa memahami bahwa LKS itu untuk belajar,
bukan untuk diisi dan dikumpulkan. Oleh karena itu penting bagi siswa pada
akhirnya diberi lembar kunci jawaban LKS untuk mengecek pekerjaan mereka
sendiri dan teman satu kelompok mereka pada saat mereka belajar.
6)
Beri kesempatan pada siswa untuk salaing menjelaskan
jawaban mereka, tidak hanya saling mencocokkan jawaban mereka dengan lembar
kunci jawaban.
7)
Apabila siswa memiliki pertanyaan, mintalah mereka
mengajukan pentanyaan itu kepada teman satu timnya sebelum mengajukannya pada
siswa yang lain atau kapada guru.
8)
Pada saat sedang bekerja dalam kelompok, guru berkeliling
didalam kelas sambil memberikan pujian kepada kelompok yang bekerja dengan baik
secara bergantian duduk bersama tiap kelompok untuk memperhatikan bagaimana
anggota kelompok itu bekerja.
- Bila tiba saatnya memberikan kuis, guru membagikan soal-soal kuis atau bantuk evaluasi yang lain dengan alokasi waktu yang cukup bagi setiap kelompok untuk menyelesaikan kuis itu. Jangan mengisinkan siswa untuk bekerja sama pada saat mengerjakan kuis itu; pada saat itu mereka harus menunjukkan bahwa mereka telah belajar sebagai individu.
- Buatlah skor individu dan skor kelompok pada STAD didasarkan pada peningkatan skor anggota kelompok dibandingkan dengan skor yang lalu mereka sendiri.
- Pengakuan kepada prestasi kelompok setelah menghitung skor untuk siswa dan skor untuk kelompok, guru hendaknya mempersiapkan semacam pengakuan kepada tiap kelompok yang mencapai skor tinggi.
E.
Keuntungan penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dalam meningkatkan notivasi siswa dalam memahami wacana bahasa
Inggris
Berdasarkan
uraian di atas, maka penulis mengemukakan beberapa keuntungan penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan notivasi siswa dalam
memahami wacana bahasa Inggris sebagai berikut:
1.
Siswa akan saling membantu dan bekerjasama dalam
memecahkan persoalan pelajaran.
2.
Siswa akan berusaha keras belajar sebab mereka
mempunyai tugas masing-masing untuk dipertanggungjawabkan.
3.
Siswa akan senantiasa bersemangat dalam pembelajaran
karena guru memberikan penghargaan atau pujian,
4.
Siswa akan merasa senang karena mereka akan mendapatkan
bantuan dari temannya dalam memahami pelajaran.
5.
Siswa merasa bermakna dalam mengikuti pelajaran karena
akan menguasai materi pelajaran
berdasarkan informasi dari temannya.
F.
Kerangka
Pikir
Berdasarkan
alur pemikiran di atas, maka peneliti membuat kerangka pikir sebagai berikut:




MODEL
PEMBELAJARAN ……… .. MEDIA
PEMBELAJARAN
KOOPERATIF
TIPE STAD


HASIL BELAJAR
BAB III
METODE
PENELITIAN
A.
Setting
Penelitian
Pelaksanaan
penelitian ini berlangsung di SMA Negeri 1 Bajeng tahun pembelajaran 2010-2011
selama 3 bulan yakni dari bulan Agustus sampai Oktober 2010.
Subjek
penelitian adalah siswa kelas X 2 SMA Negeri 1 Bajeng sebanyak 33 orang yang
teridiri dari 14 orang laki-laki dan 19 orang perempuan.
B.
Prosedur
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian
ini terdiri atas dua siklus, setiap siklus terbagi atas perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, dan refleki.
1. Siklus I (Pertama)
a. Perencanaan
Pada
siklus pertama ini peneliti melakukan observasi awal terhadap kondisi kelas dan
siswa baik dari segi kompetensi, jumlah siswa,
materi bahan ajar, buku paket siswa,
dan kondisi ruangan. Untuk memahami perencanaan secara mendetail, maka
penulis menguraikan sebagai berikut:
1. Membuat perangkap pembelajaran meliputi
silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelaharan (RPP)) berkaitan dengan materi
yang sesuai dengan KTSP.
2. Menyusun bahan
ajar.
3. Menyusun instrument penelitian
meliputi: lembar observasi penelitian pelaksanaan tindakan, butir soal, dan rubruk
penilaian, .
b.
Pelaksanaan
Tindakan
Pelaksanaan tindakan merupakan tahap
yang sangat penting dalam penelitian tindakan kelas. Pelaksanaan tindakan
senantiasa mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun
bersama antara peneliti dan kolaborator. Untuk memahami lebih jelas, maka
penulis akan menguraikan secara mendetail proses pembelajaran sebagai berikut:
1. Kegiatan Awal
Ø Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi.
Ø Guru
menanyakan beberapa hal yang berhubungan dengan gambar yang diperlihatkan
Ø Siswa
memberikan informasi atau pernyataan sesuai dengan gamar
Ø Guru
menanyakan topik wacana yang akan di bahas
Ø Siswa
menebak topik wacana tersebut
- Kegiatan Inti
Ø Guru
mengelompokkan siswa dan setiap kelompok antara 4-5 siswa.
Ø Guru
memberikan Lembar Kerja Siswa ( LKS) ke setiap kelompok untuk dikerjakan secara
bersama-sama.
Ø Guru
memberikan bimbingan kepada setiap kelompok
Ø Setiap
kelompok mempresentasekan hasil kerjanya.
Ø Guru
memberikan evaluasi kepada setiap individu.
- Kegiatan Akhir
Ø Siswa
dan Guru menyimpulkan pembelajaran
Ø Guru
memberikan pujian atau penghargaan kepada kelompok siswa yang memperoleh nilai
tertinggi.
Ø Guru
dan siswa menutup proses pembelajaran.
c. Observasi dan Evaluasi
Observasi dan evaluasi dilaksanakan
pada waktu yang bersamaan. Sebab
peneliti menganut sisten penilaian proses.
Dengamn demikian tempat dan waktu pelaksanaan observasi dan evaluasi
adalah bersamaan. Adapun prosedur pelaksanaan observasi dan evaluasi adalah:
Ø Pedoman
observasi siswa tentang prilaku dalam pembelajaran
Ø Pedoman
penilaian hasil kerja siswa
Ø Analisis
hasi observasi perilaku siswa
Ø
Analisis hasil belajar siswa dalam memahami
wacana.
d.
Refleksi
Refleksi hasil penelitian ini berlangsung
di ruangan duru antara penulis dan kolaborator setelai selesai proses
pembelajaran. Adapun kegiatan dalam refleksi ini adalah:
Ø
Mengidentifikaso RPP yang sudah terlaksana dan
yang tidak terlaksana
Ø
Mengidentifikasi ketepatan penerapan
tindakan/PBM
Ø
Mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan
pelaksanaan tindakan
Ø
Mengidentifikasi hubungan kausal antara proses
tindakan dengan efek bagi siswa.
Ø
Mengidentifikasi factor penyebab efek negative
yang terjadi
Ø
Membuat simpulan untuk rencana siklus
berikutnya.
2 Siklus 2 (Kedua)
a. Perencanaan
Pada
siklus kedua ini peneliti menyusun perencanaan berdasarkan hasil refleksi terhadap
proses tindakan atau pembelajaran pada siklus pertama. Kelebihan pada siklus
pertama akan ditingkatkan dan memperbaiki kelemahan pada siklus pertama.
Peneliti dan kolaborator akan menghindari terjadinya efek negative dalam siklus
kedua ini. Untuk memahami perencanaan secara mendetail, maka penulis
menguraikan sebagai berikut:
1.
Membuat kembali perangkap pembelajaran meliputi silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelaharan (RPP)) berkaitan dengan materi yang sesuai dengan
KTSP.
2. Menyusun bahan
ajar.
3. Menyusun instrument penelitian
meliputi: lembar observasi penelitian pelaksanaan tindakan, butir soal, dan
rubruk penilaian, .
b.
Pelaksanaan
Tindakan
Pelaksanaan
tindakan pada siklus kedua ini akan senantiasa mengacu pada rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah disusun bersama antara peneliti dan kolaborator. Untuk
memahami lebih jelas, maka penulis akan menguraikan secara mendetail proses
pembelajaran sebagai berikut:
1. Kegiatan Awal
Ø Guru
membuka pelajaran dengan mengajak siswa untuk berdoa bersama, serta memberikan
motivasi
Ø Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi.
Ø Guru
menanyakan beberapa hal yang berhubungan dengan tema wacana
Ø Siswa
memberikan informasi atau pernyataan sesuai dengan pertanyaan guru.
Ø
Guru menanyakan topik wacana yang akan di bahas
Ø Siswa
menebak topik wacana tersebut
- Kegiatan Inti
Ø
Guru mengelompokkan siswa dan setiap kelompok
antara 3 - 4 siswa.
Ø Guru
memberikan Lembar Kerja Siswa ( LKS) ke setiap kelompok untuk dikerjakan secara
bersama-sama.
Ø Guru
melakukan tanya jawab dengan siswa tentang isi pertanyaan.
Ø Guru
mempersilahkan siswa untuk menanyakan beberapa kata sulit dalam wacana sebelum
memulai mengerjakan soal dalam LKS.
Ø Guru
memberikan bimbingan kepada setiap kelompok pada saat mengerjakan tugas
Ø Guru memotivasi siswa untuk belajar baik.
Ø Setiap
kelompok mempresentasekan hasil kerjanya, dan menuliskan di papan tulis hasil
kerjanya.
Ø Guru
memberikan kuis yang berhubungan dengan isi wacana.
Ø Guru
memberikan evaluasi kepada setiap individu.
- Kegiatan Akhir
Ø Siswa
dan Guru menyimpulkan pembelajaran
Ø Guru
memberikan pujian atau penghargaan kepada kelompok siswa yang memperoleh nilai
tertinggi.
Ø Siswa
menutup proses pembelajaran.
b. Observasi dan Evaluasi
Observasi dan evaluasi dilaksanakan
pada waktu yang bersamaan, sebab peneliti menganut sistem penilaian
proses. Dengan demikian tempat dan waktu
pelaksanaan observasi dan evaluasi adalah bersamaan. Adapun prosedur
pelaksanaan observasi dan evaluasi adalah:
Ø
Pedoman observasi siswa tentang prilaku dalam
pembelajaran
Ø Pedoman
penilaian hasil kerja siswa
Ø
Analisis hasi observasi perilaku siswa
Ø
Analisis hasil belajar siswa dalam memahami
wacana.
c.
Refleksi
Refleksi hasil penelitian ini berlangsung
di ruangan Guru antara penulis dan kolaborator setelai selesai proses
pembelajaran. Adapun kegiatan dalam refleksi ini adalah:
Ø Mengidentifikaso
RPP yang sudah terlaksana dan yang tidak terlaksana
Ø Mengidentifikasi
ketepatan penerapan tindakan/PBM
Ø Mengidentifikasi
kelemahan dan kelebihan pelaksanaan tindakan
Ø Mengidentifikasi
hubungan kausal antara proses tindakan dengan efek bagi siswa.
Ø Mengidentifikasi
faktor penyebab efek negative yang terjadi
Ø Membuat
simpulan.
C.
Kriteria
Keberhasilan
Penerapan
tindakan dianggap sukses atau efektif jika ditandaia dengan:
1.
Motivasi belajar siswa semakin meningkat dari siklus
pertama samapai silus kedua yang ditandai dengan:
Ø
Kehadiran siswa dalam kelas belajar
Ø
Keaktifan dalam diskusi dan presentase
Ø
Ketepatan waktu menyelesaikan tugas
Motivasi
siswa dianggap tinggi apabila mencapai
krieria aktif atau sangat sangat aktif.
2.
Peningkatan kemampuan memahami wacana yang ditandai
dengan tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Adapun KKM Bahasa Inggris
Kelas XI SMA Negeri 1 Bajeng adalah 65., dan terdapat 75 % siswa secara
klasikal telah mencapai ketuntasan.
D.
Teknik
Pengumpulan Data
Data
hasil penelitian ini dikumpulkan dengan cara:
1.
Observasi, yaitu hasil rekaman proses pembelajaran
berupa keberhasilan dan kelemahan
pelaksanaan tindakan.
2.
Data hasil belajar siswa tentang kemampuan memahami
wacana.
3.
Data tentang motivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran.
E.
Instrumen
Penelitian
Insyrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalaH
1.
Lembar Observasi. Ilembar observasi ini memberikan
data tentang keadaan proses pembelajaran yang sedang berlangsung
yang dilakukan oleh peneliti dan kolaborator. Observasi dilakukan sepanjang
siklua I dan II.
2.
Tes. Tes yang digunakan adalah tes uraian untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam memahami wacana.
F.
Teknik
Analisis Data
Data
yang diperoleh dari hasil unjuk kerja siswa atau hasil belajar siswa dianalisis
dengan menggunakan perhitungan persentase. Teknik digunakan untuk memperoleh
gambaran umum tentang kemampuan memahami wacana dengan rumus:
P

Q
Keterangan = N = Nilai siswa
P =
skor perolehan
Q =
skor maksimal
Untuk menganalisis tingkat motivasi siswa dalam pembelajaran
memahami wacana dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif learning tipe
STAD, maka penulis menggunakan skala Liker sebagai berikut:
Tabel
2. Rubrik penilaian tentang Motivasi Siswa dalam Pembelajaran
No
|
Indikator
Penilaian
Motivasi
|
Skor
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1
|
Kehadiran
siswa di Kelas
|
|||||
2
|
Keaktifan
berdiskusi
aan
presentase
|
|||||
3
|
Ketepata
waktu
Menyelesaikan
tugas
|
|||||
Jumlah
|
Hasil analisis motivasi siswa dengan menggunakan skala di atas, maka dapat diperinci
sebagai berikut:
Tabel
3. Tingkatan/Kategori Motivasi Siswa dalam Pembelajaran
No
|
Skor Motivasi
|
Kategori
|
1
|
0 - 4
|
Tidak aktif
|
2
|
5 - 8
|
Kurang aktif
|
3
|
9 - 12
|
Aktif
|
4
|
13 - 15
|
Sangat aktif
|
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Penelitian
Hasil penelitian tentang rekaman proses pembelajaran
sepanjang siklus pertama dan siklus kedua dan hasil belajar siswa dalam
memahami wacana dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD akan
diuraikan oleh penulis untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran
ini dalam upaya meningkatkan motivasi siwa dalam memahami wacana.
1. Siklus I ( Pertama )
a. Pelaksanaan Tindakan
Sesuai dengan rencana yang telah disiapkan Yaitu siswa belajar
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Mereka akan berkelompok
menyelesaikan tugas dibawah bimbingan guru sebagaimana tertuang dalam RPP.
Dalam proses tindakan ini guru bekerjasama dengan kolaborator mengadakan pengamatan
dengan mengacu kepada lembar observasi . Pada siklus pertama siswa belajar
selama 2 kali pertemuan, dalam arti 4 x 45 menit.
Untuk memahami kondisi proses pembelajaran pada siklus pertama
ini, maka penulis akan menguraikan sebagai berikut:
Tabel 4 Langkah-Langkah
Pelaksanaan Tindakan
Siklus I pada Wacana Narasi
dengan Tema Pendidikan
No
|
Kegiatan Guru
|
Kegiatan Siswa
|
Hambatan
|
Efek
|
1
|
Guru
menanyakan beberapa hal berkaitan dengan gambar yang diperlihatkan
|
Siswa
memberikan informasi atau menjawab pertanyaan berdasarkan gambar
|
Beberapa siswa tidak
memahami isi pertanyaan
|
Siswa termotivasi
mengikuti pelajaran
|
2
|
Guru
menanyakan topik wacana
|
Siswa
menebak topik wacana
|
-
|
-
|
3
|
Guru
mengelompokkan siswa kedalam 7 kelompok
|
Siswa
menempati tempay duduk sesuai dengan kelompoknya
|
Ribut
|
Menanamkan
sikap disiplin, kepemimpinan dan kerjasama
|
4
|
Guru
membagikan LKS untuk dikerjakan
|
Siswa
secara berkolompok mengerjakan tugas berdasarkan LKS
|
Beberapa
siswa tidak aktif dalam pembelajaran karena tidak memiliki sarana belajar dan
tidak memahami isi pertanyaam
|
Melatih
siswa untuk memahami konsep pertanyaan dan isi wacana serta memperbanyak kosa
kata
|
5
|
Guru
membimbibing siswa mengerjakan tugas
|
Siswa
mengerjakan tugas seraya mendengarkan bimbingan dari guru
|
Terlalu
banyak kosa kata yang tidak dipahami siswa dan mereka tidak memiliki kamus
sehingga menyita banyak waktu
|
Memperkaya
kosa kata dan latihan memahami isi wacana
|
6
|
Guru
mengamati presentase hasil kerja siswa
|
Siswa
mempresentasekan hasil kerja
|
Waktu
yang terbatas dan kurang kosakata
dalam berkomunikasi bahasa Inggris
|
Siswa
berlatih menyampaikan ide secara tertulis dan lisan serta latihan
kepemimpinan dan kerjasama
|
7
|
Guru
memberikan evaluasi
|
Siswa
mengikuti evaluasi
|
-
|
Mengetagui
kemampuan siswa memahami pelajaran/wacana
|
8
|
Guru
menyimpulkan pembelajaran
|
Guru
menyimpulkan pembelajaran
|
-
|
Mendalami
materi pelajaran
|
9
|
Guru
memberikan penghargaan/pujian kepada kelompok uang memperoleh nilai tertinggi
|
Siswa
memperoleh penghargaan
|
-
|
Siswa
merasa senang dan semakin termotivasi belajar
|
b. Hasil Observasi dan Evaluasi
Setelah pelaksanaan tindakan dilakukan sesuai dengan RPP pada
siklus pertama, maka langkah berikutnya adalah menganalisis proses pembelajaran
dengan berdasar kepada lembar observasi / pengamatan yang akan dibahas sebagai
berikut:
Tabel
5. Hasil Observasi Pelaksanaan Tindakan
pada Siklus I
No
|
Aspek Tindakan
|
Kondisi
|
1
|
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
|
Tidak terlaksana
|
2
|
Guru
menanyakan beberapa hal berkaitan dengan gambar yang diperlihatkan
|
Terlaksana
|
3
|
Guru
menanyakan topik wacana
|
Terlaksana
|
4
|
Guru
mengelompokkan siswa kedalam 7 kelompok
|
Terlaksana
|
5
|
Guru
membagikan LKS untuk dikerjakan
|
Terlaksana
|
6
|
Guru
membimbibing siswa mengerjakan tugas
|
Kurang
terlaksana
|
7
|
Guru
mengamati presentase hasil kerja siswa
|
Kurang
terlaksana
|
9
|
Guru
memberikan evaluasi
|
Terlaksana
|
8
|
Guru
dan siswa menyimpulkan pembelajaran
|
Kurang
terlaksana
|
10
|
Guru
memberikan penghargaan/pujian kepada kelompok uang memperoleh nilai tertinggi
|
Terlaksana
|
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, maka penulis mentimpulkan
bahwa terdapat 1 tindakan yang tidak terlaksana, dan 3 tindakan yang masih
kurang terlaksana.
Tabel 6
Hasil Observasi tentang Prilaku/Motivasi Siswa dalam Pembelajaran
No
|
Nama Siswa
|
Kelompok
|
Jumlah skor
|
Kriteria Motivasi
|
1
|
Akhmad
Rivai
|
I
|
12
|
Aktif
|
2
|
Dewi
Fatmasari
|
I
|
13
|
Sangat
aktif
|
3
|
Sri
Muliani Rahman
|
I
|
14
|
Sangat
aktif
|
4
|
Agussarman
Amar
|
I
|
7
|
Kurang
aktif
|
5
|
Rini
Wahyuningsih
|
I
|
11
|
Aktif
|
6
|
Tuti
Musfira
|
II
|
13
|
Sangat
aktif
|
7
|
Eka
Firmansah
|
II
|
6
|
Kurang
aktif
|
8
|
Muh
Ridwan
|
II
|
8
|
Kurang
aktif
|
9
|
Basri
|
II
|
7
|
Kurang
aktif
|
10
|
Sri
Awaliah Nahmud
|
II
|
11
|
Aktif
|
11
|
Kurniawan
|
III
|
8
|
Kurang
aktif
|
12
|
Syamsuriani
|
III
|
10
|
Aktif
|
13
|
Sitti
Magfirah
|
III
|
12
|
Aktif
|
14
|
Rahmawati
Ansar
|
III
|
13
|
Sangat
aktif
|
15
|
Abd.
Halim
|
III
|
10
|
Aktif
|
16
|
Suci
Fitriani
|
IV
|
8
|
Kurang
aktif
|
17
|
Abubakar
Naim
|
IV
|
7
|
Kurang
aktif
|
18
|
Muh.
Aslam
|
IV
|
9
|
Aktif
|
19
|
Jumiati
|
IV
|
9
|
Aktif
|
20
|
Syamsul
Bahri
|
IV
|
10
|
Aktif
|
21
|
Nur
Halim
|
V
|
4
|
Tidak
aktif
|
22
|
Nur
Zakinah
|
V
|
9
|
Aktif
|
23
|
Irwansah
|
V
|
5
|
Kurang
aktif
|
24
|
Kamaruddin
Said
|
V
|
8
|
Kurang
aktif
|
25
|
Maemunah
|
V
|
11
|
Aktif
|
26
|
Jasman
|
VI
|
12
|
Aktif
|
27
|
Mustainah
|
VI
|
12
|
Aktif
|
28
|
Nurul
Ikhsan
|
VI
|
11
|
Aktif
|
29
|
Fatimasari
|
VI
|
12
|
Aktif
|
30
|
Nirmala
Dewi
|
VII
|
11
|
Aktif
|
31
|
Kasmawati
|
VII
|
10
|
Aktif
|
32
|
Nurul
Hudayah
|
VII
|
7
|
Kurang
aktif
|
33
|
Nur
Intan
|
VII
|
9
|
Aktif
|
Berdasarkan data di aras diketahui bahwa terdapat 1 orang (3%)
siswa yang tidak aktif dalam pembelajaran, 10 orang (30 % ) siswa yang kurang
aktif, 17 orang ( 51,5 %) yang aktif dan hanya 5 orang (15,5%) siswa yang
sangat aktif dalam proses pembelajaran.
Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam memahami wacana, maka
peneliti akan menampilkan hasil unjuk kerja siswa sebagai berikut:
Tabel 7
Daftar Nilai hasil unjuk kerja siswa pada siklus I
No
|
Nama Siswa
|
Kelompok
|
Nilai
|
Tuntas/
Tidak Tuntas
|
1
|
Akhmad
Rivai
|
I
|
67
|
Tuntas
|
2
|
Dewi
Fatmasari
|
I
|
67
|
Tuntas
|
3
|
Sri
Muliani Rahman
|
I
|
71
|
Tuntas
|
4
|
Agussarman
Amar
|
I
|
63
|
Tidak
tuntas
|
5
|
Rini
Wahyuningsih
|
I
|
66
|
Tuntas
|
6
|
Tuti
Musfira
|
II
|
70
|
Tuntas
|
7
|
Eka
Firmansah
|
II
|
59
|
Tidak
tuntas
|
8
|
Muh
Ridwan
|
II
|
60
|
Tidak tuntas
|
9
|
Basri
|
II
|
60
|
Tidak
tuntas
|
10
|
Sri
Awaliah Nahmud
|
II
|
68
|
Tuntas
|
11
|
Kurniawan
|
III
|
59
|
Tidak
tuntas
|
12
|
Syamsuriani
|
III
|
68
|
Tuntas
|
13
|
Sitti
Magfirah
|
III
|
70
|
Tuntas
|
14
|
Rahmawati
Ansar
|
III
|
72
|
Tuntas
|
15
|
Abd.
Halim
|
III
|
70
|
Tuntas
|
16
|
Suci
Fitriani
|
IV
|
60
|
Tidak
tuntas
|
17
|
Abubakar
Naim
|
IV
|
59
|
Tidak
tuntas
|
18
|
Muh.
Aslam
|
IV
|
67
|
Tintas
|
19
|
Jumiati
|
IV
|
68
|
Tuntas
|
20
|
Syamsul
Bahri
|
IV
|
67
|
Tuntas
|
21
|
Nur
Halim
|
V
|
51
|
Tidak
tuntas
|
22
|
Nur
Zakinah
|
V
|
65
|
Tuntas
|
23
|
Irwansah
|
V
|
53
|
Tidak
tuntas
|
24
|
Kamaruddin
Said
|
V
|
63
|
Tidak tuntas
|
25
|
Maemunah
|
V
|
66
|
Tuntas
|
26
|
Jasman
|
VI
|
67
|
Tuntas
|
27
|
Mustainah
|
VI
|
67
|
Tuntas
|
28
|
Nurul
Ikhsan
|
VI
|
68
|
Tuntas
|
29
|
Fatimasari
|
VI
|
68
|
Tuntas
|
30
|
Nirmala
Dewi
|
VII
|
67
|
Tuntas
|
31
|
Kasmawati
|
VII
|
66
|
Tuntas
|
32
|
Nurul
Hudayah
|
VII
|
62
|
Tidak
tuntas
|
33
|
Nur
Intan
|
VII
|
66
|
Tuntas
|
Rata-rata
Kelas
|
64,85
|
Berdasarkan data di atas maka diperoleh indormasi bahwa secara
klasikal terdapat 22 orang siswa atau 66,67 % yang telah tuntas dalam
pembelajaran dan 11 orang siswa atau 33,33 % yang belum tuntas dalam
pembelajaran.
C. Refleksi
Untuk memahami secara mendetail
bagaimana kondisi proses tindakan dengsn menerapkan model penbelajaran
kooperatif learning tipe STAD pada siklus pertama, maka peneliti akan menguraikan beberapa
permasalahan, kelemahan dan kelebihan dalam pembelajaran sebagai berikut:
1.
Guru lupa menyampaikan tujuan pembelajaran dan tidak
memberikan motivasi terlebih dahulu. Guru hanya langsung memperlihatkan gambar
dan berkata:
Guru : Please pay attention to this
picture ( Silakan perhatikan gambar ini). Please describe this picture based on
your experience (silakan jelaskan gambit ini berdasarkan pengalamanmu)
Siswa : Yes Sir. ( Ok Pak) salah
seorang siswa mengangkat tangan dan berkata” The teacher explaining lessonto
students,
2.
Bimbingan guru tidak berjalan maksimal. Beberapa siswa
masih membutuhkan bimbingan khusus dalam memahami isi pertanyaan dan isi
wacana, namun guru memiliki keterbatasan waktu dan kemampuan
3.
Guru tidak
terlalu fokus pada saat siswa presentase hasil kerjanya berhubung dia masih
sibuk memberikan bimbingan kepada kelompok yang belum selesai pekerjaannya.
4.
Guru dan siswa tidak maksimal dalam menyimpulkan
pembelajaran disebabkan oleh waktu yang terbatas, karena tidak efektif dalam
pengorganisasian waktu.
5.
Motivasi tidak diberikan kepada siswa pada saat mereka
sedang mengerjakan tugas
6.
Guru telah berhasil mendisiplikan siswa dalam
mengerjakan tugas, dalam arti siswa telah melakukan kerjasama sesuai dengan
pembagian kelompok, kurang siswa yang meninggalkan kelas, dan terjadi interaksi
antara guru dan siswa serta interaksi antara siswa dengan siswa lainnya.
7.
Guru telah sukses memancing minat siswa untuk belajar
pada awal pembelajaran dengan menanyakan beberapa hal yang berkaitan dengan
gambar dan meminta siswa untuk menebak topic wacana.
2. Siklus II ( Kedua)
a. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus kedua ini mengacu pada RPP yang
disusun berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama. Kelemahan pada siklus
pertama akan diperbaiki termasuk pengorganisasian siswa yang lebih menjamin
keaktifan siswa dalam belajar. Pada siklus kedua ini siswa belajar selama 3 kali pertemuan, yakni 6
x 45 menit.
Untuk memahami kondisi proses pembelajaran pada siklus kedua ini,
maka penulis akan menguraikan sebagai berikut:
Tabel 8
Langkah-Langkah Pelaksanaan Tindakan
Siklus II pada Wacana Narasi
dengan Tema Rekreasi
No
|
Kegiatan Guru
|
Kegiatan Siswa
|
Hambatan
|
Efek
|
1
|
Guru membuka pembelajaran
dengan meminta siswa berdoa bersamaserta memberikan motivasi
|
Siswa berdoa bersama
|
-
|
Siswa siap mengikuti
pembelajaran
|
2
|
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
|
Siswa menyimak penjelasan
guru
|
-
|
Siswa memahami apa yang
akan dipelajari
|
3
|
Guru
menanyakan beberapa hal berkaitan dengan tema wacana
|
Siswa
memberikan informasi atau menjawab pertanyaan
|
Masih ada siswa tidak memahami isi pertanyaan
|
Siswa
termotivasi mengikuti pelajaran
|
4
|
Guru
menanyakan topik wacana
|
Siswa
menebak topik wacana
|
-
|
-
|
5
|
Guru
mengelompokkan siswa kedalam 9 kelompok
|
Siswa
menempati tempat duduk sesuai dengan kelompoknya
|
-
|
Menanamkan
sikap disiplin, kepemimpinan dan kerjasama
|
6
|
Guru
membagikan LKS untuk diamati dan dikerjakan
|
Siswa
secara berkolompok mengamalisa pertanyaan dan mengerjakan tugas berdasarkan
LKS
|
-
|
Melatih
siswa untuk memahami konsep pertanyaan dan isi wacana serta memperbanyak kosa
kata
|
7
|
Guru
mendiskusikan isi pertanyaan
|
Siswa
mendiskusikan isi pertanyaan
|
-
|
Siswa
semakin memahami isi pertanyaan
|
8
|
Guru
meminta siswa memahami kata-kata sulit dalam wacama
|
Siswa
mendiskusikan dan menanyakan kepada guru kata-kata sulit.
|
-
|
Siswa
memahami konsep dasar isi wacana
|
9
|
Guru
membimbibing siswa mengerjakan tugas
|
Siswa
mengerjakan tugas seraya mendengarkan bimbingan dari guru
|
Masih
ada beberapa kalimat yang tidak bias dipahami secara utuh
|
Memperkaya
kosa kata dan latihan memahami isi wacana
|
10
|
Guru
memberikan motivasi kepada siswa
|
Siswa
mendengarkan secara baik
|
-
|
Siswa
semakin termotivasi belajar
|
11
|
Guru
mengamati presentase hasil kerja siswa
|
Siswa
mempresentasekan hasil kerja
|
-
|
Siswa
berlatih menyampaikan ide secara tertulis dan lisan serta latihan
kepemimpinan dan kerjasama
|
12
|
Guru
memberikan kuis berhubungan dengan isi wacana
|
Siswa
mengikuti kuis
|
-
|
Siswa
semakin termoyivasi belajar
|
13
|
Guru
memberikan evaluasi
|
Siswa
mengikuti evaluasi
|
-
|
Mengetagui
kemampuan siswa memahami pelajaran/wacana
|
14
|
Guru
menyimpulkan pembelajaran
|
Guru
menyimpulkan pembelajaran
|
-
|
Mendalami
materi pelajaran
|
15
|
Guru
memberikan penghargaan/pujian kepada kelompok uang memperoleh nilai tertinggi
|
Siswa
memperoleh penghargaan
|
-
|
Siswa
merasa senang dan semakin termotivasi belajar
|
b. Hasil Observasi dan Evaluasi
Setelah pelaksanaan tindakan dilakukan sesuai dengan RPP pada
siklus kedua, maka langkah berikutnya adalah menganalisis proses pembelajaran
dengan berdasar kepada lembar observasi / pengamatan yang akan dibahas sebagai
berikut:
Tabel 9. Hasil Observasi Pelaksanaan Tindakan pada
Siklus II
No
|
Aspek Tindakan
|
Kondisi
|
1
|
Guru dan siswa membuka
pembelajaran dengan doa bersama dan memberikan motivasi
|
Terlaksana
|
2
|
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
|
Terlaksana
|
3
|
Guru
menanyakan beberapa hal berkaitan dengan tema wacana
|
Terlaksana
|
4
|
Guru
menanyakan topik wacana
|
Terlaksana
|
5
|
Guru
mengelompokkan siswa kedalam 9 kelompok
|
Terlaksana
|
6
|
Guru
membagikan LKS untuk dikerjakan
|
Terlaksana
|
7
|
Guru
dan siswa mendiskusikan isi pertanyaan
|
Terlaksana
|
8
|
Guru
dan siswa mendiskusikan kata-kata sulit
|
Terlaksana
|
9
|
Guru
membimbibing siswa mengerjakan tugas
|
Terlaksana
|
10
|
Guru
memotivasi siswa belajar aktif
|
Terlaksana
|
11
|
Guru
mengamati presentase hasil kerja siswa
|
Terlaksana
|
12
|
Guru
memberikan kuis
|
Terlaksana
|
13
|
Guru
memberikan evaluasi
|
Terlaksana
|
14
|
Guru
dan siswa menyimpulkan pembelajaran
|
Terlaksana
|
15
|
Guru
memberikan penghargaan/pujian kepada kelompok uang memperoleh nilai tertinggi
|
Terlaksana
|
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, maka penulis mentimpulkan
bahwa semua rencana tindakan pada siklus kedua sudah berjalan baik berkat
adanya persiapan yang matang dan kerjasama yang baik anatara guru dan
kolaborator..
Tabel 10
Hasil Observasi tentang Prilaku/Motivasi Siswa dalam Pembelajaran
Siklus II
No
|
Nama Siswa
|
Kelompok
|
Jumlah skor
|
Kriteria Motivasi
|
1
|
Agussarman
Amar
|
I
|
11
|
Aktif
|
2
|
Dewi
Fatmasari
|
I
|
14
|
Sangat
aktif
|
3
|
Sri
Muliani Rahman
|
I
|
15
|
Sangat
aktif
|
4
|
Akhmad
Rivai
|
II
|
13
|
Sangat aktif
|
5
|
Rini
Wahyuningsih
|
II
|
12
|
Aktif
|
6
|
Tuti
Musfira
|
II
|
14
|
Sangat
aktif
|
7
|
Eka
Firmansah
|
III
|
9
|
Aktif
|
8
|
Muh
Ridwan
|
III
|
10
|
Aktif
|
9
|
Rahmawati
Ansar
|
III
|
14
|
Sangat
aktif
|
10
|
Sri
Awaliah Nahmud
|
IV
|
12
|
Aktif
|
11
|
Kurniawan
|
IV
|
10
|
Aktif
|
12
|
Syamsuriani
|
IV
|
12
|
Aktif
|
13
|
Sitti
Magfirah
|
V
|
13
|
Sangat
aktif
|
14
|
Basri
|
V
|
12
|
Aktif
|
15
|
Abd.
Halim
|
V
|
11
|
Aktif
|
16
|
Suci
Fitriani
|
V
|
10
|
Aktif
|
17
|
Abubakar
Naim
|
VI
|
9
|
Aktif
|
18
|
Muh.
Aslam
|
VI
|
11
|
Aktif
|
19
|
Jumiati
|
VI
|
10
|
Aktif
|
20
|
Syamsul
Bahri
|
VI
|
12
|
Aktif
|
21
|
Nur
Halim
|
VII
|
6
|
Kuramg aktif
|
22
|
Nur
Zakinah
|
VII
|
10
|
Aktif
|
23
|
Fatimasari
|
VII
|
13
|
Sangat aktif
|
24
|
Kamaruddin
Said
|
VII
|
9
|
Aktif
|
25
|
Maemunah
|
VIII
|
12
|
Aktif
|
26
|
Jasman
|
VIII
|
12
|
Aktif
|
27
|
Mustainah
|
VIII
|
13
|
Sangat
aktif
|
28
|
Nurul
Ikhsan
|
VIII
|
12
|
Aktif
|
29
|
Irwansah
|
VI
|
12
|
Aktif
|
30
|
Nirmala
Dewi
|
IX
|
12
|
Aktif
|
31
|
Kasmawati
|
IX
|
12
|
Aktif
|
32
|
Nurul
Hudayah
|
IX
|
9
|
Aktif
|
33
|
Nur
Intan
|
IX
|
10
|
Aktif
|
Berdasarkan data di aras diketahui bahwa masih ada 1 orang (3%) siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran, 24 orang ( 72,76 %)
yang aktif dan 8 orang (24,24 %) siswa
yang sangat aktif dalam proses pembelajaran.
Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam memahami wacana, maka
peneliti akan menampilkan hasil unjuk kerja siswa sebagai berikut:
No
|
Nama Siswa
|
Kelompok
|
Nilai
|
Tuntas/
Tidak Tuntas
|
1
|
Agussarman
Amar
|
I
|
68
|
Tuntas
|
2
|
Dewi
Fatmasari
|
I
|
71
|
Tuntas
|
3
|
Sri
Muliani Rahman
|
I
|
77
|
Tuntas
|
4
|
Akhmad
Rivai
|
II
|
74
|
Tuntas
|
5
|
Rini
Wahyuningsih
|
II
|
71
|
Tuntas
|
6
|
Tuti
Musfira
|
II
|
75
|
Tuntas
|
7
|
Eka
Firmansah
|
III
|
66
|
Tuntas
|
8
|
Muh
Ridwan
|
III
|
67
|
Tuntas
|
9
|
Rahmawati
Ansar
|
III
|
76
|
Tuntas
|
10
|
Sri
Awaliah Nahmud
|
IV
|
72
|
Tuntas
|
11
|
Kurniawan
|
IV
|
67
|
Tuntas
|
12
|
Syamsuriani
|
IV
|
69
|
Tuntas
|
13
|
Sitti
Magfirah
|
V
|
74
|
Tuntas
|
14
|
Basri
|
V
|
68
|
Tuntas
|
15
|
Abd.
Halim
|
V
|
70
|
Tuntas
|
16
|
Suci
Fitriani
|
V
|
67
|
Tuntas
|
17
|
Abubakar
Naim
|
VI
|
65
|
Tuntas
|
18
|
Muh.
Aslam
|
VI
|
69
|
Tintas
|
19
|
Jumiati
|
VI
|
70
|
Tuntas
|
20
|
Syamsul
Bahri
|
VI
|
71
|
Tuntas
|
21
|
Nur
Halim
|
VII
|
60
|
Tidak tuntas
|
22
|
Nur
Zakinah
|
VII
|
68
|
Tuntas
|
23
|
Fatimasari
|
VII
|
75
|
Tuntas
|
24
|
Kamaruddin
Said
|
VII
|
66
|
Tuntas
|
25
|
Maemunah
|
VIII
|
66
|
Tuntas
|
26
|
Jasman
|
VIII
|
67
|
Tuntas
|
27
|
Mustainah
|
VIII
|
67
|
Tuntas
|
28
|
Nurul
Ikhsan
|
VIII
|
68
|
Tuntas
|
29
|
Irawansah
|
VI
|
68
|
Tuntas
|
30
|
Nirmala
Dewi
|
IX
|
69
|
Tuntas
|
31
|
Kasmawati
|
IX
|
68
|
Tuntas
|
32
|
Nurul
Hudayah
|
IX
|
67
|
Tuntas
|
33
|
Nur
Intan
|
IX
|
70
|
Tuntas
|
Rata-rata kelas
|
69,27
|
Berdasarkan data di atas maka diperoleh indormasi bahwa secara
klasikal terdapat 32 orang siswa atau 96,97 % yang telah tuntas dalam
pembelajaran dan hanya 1 orang siswa atau 3 % yang belum tuntas dalam
pembelajaran.
C. Refleksi
Untuk memahami secara mendetail
bagaimana kondisi proses tindakan dengan menerapkan model penbelajaran
kooperatif learning tipe STAD pada siklus kedua, maka peneliti akan menguraikan permasalahan, kelemahan dan kelebihan dalam
pembelajaran sebagai berikut:
1.
Guru memotivasi siswa dengan mengajak berdoa bersama dan
menyampaikan tujuan pembelajaran serta guru meransang siswa untuk memasuki
materi dengan menanyakan beberapa hal yang berkaitan dengan materi anatara
lain:
Guru : Do you know Barombong beach? (
Apakah kamu kenal pantai Barombong?).
Siswa : Yes Sir, hampir semua siswa mengangkat tangan dan berkata” ya
Guru : Have you gone there? ( Sudah
pernakah kanu kesana?)
Siswa : Yes, Sir, Beberapa siswa
menjawab Ya Pak.
2.
Bimbingan guru telah berjalan maksimal, dimulai dari
bimbingan memahami pertanyaan dan kata-kata ulit.
3.
Guru te fokus
pada saat siswa presentase hasil kerjanya berhubung semua siswa telah
mengerjakan tugas
4.
Guru dan siswa telah maksimal dalam menyimpulkan pembelajaran
hal ini waktu yang tersedia cukup.
5.
Motivasi senantiasa diberikan pada saat pembelajara
berlangsung, dan yang paling menarik adalah pemberian kuis.
6.
Guru semakin berhasil mendisiplikan siswa dalam
mengerjakan tugas, dalam arti siswa telah melakukan kerjasama sesuai dengan
pembagian kelompok yang baru , tidak ada siswa yang meninggalkan kelas, dan
terjadi interaksi antara guru dan siswa serta interaksi antara siswa dengan
siswa lainnya.
7.
Guru telah sukses memancing minat siswa untuk belajar
pada awal pembelajaran dengan menanyakan beberapa hal yang berkaitan dengan
tema wacana dan meminta siswa untuk menebak topik wacana.tersebut
8.
Guru telah berhasil mengorganisir siswa menjadi
kelompok yang lebih kecil agar siswa lebih aktif belajar
B.
Pembahasan
Dari
hasil analisis data diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dapat meningkatkan motivasi belajar dalam memahami wacana pada siswa
kelas X B SMA Negeri 1 Bajeng tahun pembelajaran 2010-2011. Dengan meningkatnya
motivasi belajar siswa, maka nilai hasil belajar mereka juga mengalami
peningkatan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat pada siklus pertama dan
kedia, dimama motivasi atau sikap siswa dalam belajar srta hasil injuk kerja
siswa dalam memahami isi wacana.
Pada
siklus pertama diperoleh gambaran bahwa
ada 1 orang siswa (3 %) tidak aktif dalam pembelajaran, 10 orang siswa
(30 %) kurang aktif, 17 orang siswa (51,50 %) yang aktif dan hanya 5 orang
siswa atau (15,5 %) yang sangat aktif dalam proses pembelajaran. Siswa yang
tidak aktif dan kurang aktif disebabkan oleh beberapa ha yakni mereka tidak
memiliki sarana belajar seperti kamus bahasa Inggris, buku paket, guru tidak
meberikan motivasi yang cukup, tidak menyampaikan tujuan pembelajaran yang
dapat memancing siswa untuk aktif belajar, waktu yang kurang untuk membimbing
siswa secara menyeluruh, kurangnya perhatian guru pada saat siswa presentase
hasil kerja, dan siswa tidak terlibat dalam menyi,mpulkan pembelajaran. Pada
saat siswa tidak aktif dalam pembelajaran, guru seharusnya mendekati dan
memberikan arahan dan motivasi.Disamping itu guru harus membantu siswa untuk
memahami isi pertanyaan dan beberapa kata sulit sehingga siswa terus merasa
senang dalam mengikuti pembelajaran. Pada saat tindakan berlangsung ada 1
rencana tindakan yang tidak terlaksana dan 3 rencana tindakan yang kurang
terlaksana, ini merupakan penyebab utama sehingga keaktifan siswa tidak
maksimal. Namun, ada beberapa kelebihan yang muncul pada saat pelaksanaan
tindakan siklus pertama antara lain guru telah berhasilo memancing sebagian
siswa untuk belajar aktif dengan menampilkan gambar yang berhubungan dengan
tema wacana dan mengajak siswa untuk menebak topik wacana. Guru telah berhasil
membuat interaksi antara guru dengan siswa dan atara siswa yang satu dengan
siswa lainnya dalam kelompok masing-masing.
Guru telah berhasil mendisiplikan siswa untuk tidak terlalu rebut pada
saat pembelajaran berlangsung, dan guru memberikan penghargaan kepada siswa
sangat berprestasi atau memperoleh nilai tertinggi. Kemudian dari hasil evaluasi tentang kemampuan
siswa dalam memahami wacana diperoleh data bahwa masih ada 11 orang siswa (33,33 %) yang belum
tuntas dalam pembelajaran, dan hanya 22 orang siswa ( 66,67 %) yang mengalami
ketuntasan. Ini berarti belum cukup 75 % siswa yang tuntas secara
klasikal. Rata-rata nilai siswa secara
klasikal adalah 64,85. Ini berarti belum juga mencapai KKM yakni 65.
Pada
siklus kedua, keaktifan siswa dalam belajar mengalami peningkatan yang
signifikan. Hasil belajarpun terjadi peningkatan. Dilihat dari data tentang
rencana tindakan, ternyata semua rencana tindakan sudah terlaksana. Ini
menyebabkan hanya 1 orang siswa (3 %) yang kurang aktif dalam pembelajaran, dan
24 orang siswa ( 72,76 %) aktif, serta 8 orang siswa ( 24,24 %) yang sangat
aktif mengikuti proses pembelajaran. Siswa yang masih kurang aktif dalam
pembelajaran, karena dia lupa membawa sarana belajar seperti buku latihan dan
kamus bahasa Inggris. Guru telah meberikan solusi agar mencatat dalam buku
latihan saja dan bekerjasama dengan teman kelompokmya, namun dia tetap tidak
antusias belajar. 32 orang siswa (97 %) telah menunjukkan sikap positif dalam
belajar disebabkan beberapa hal yakni:
1.
Guru telah mengelompokkan ulang siswa untuk pemerataan
kemampuan siswa setiap kelompok.
2.
Guru senantiasa memberikan motivasi belajar mulai dari
kegiatan awal seperti mengajak berdoa bersama dan memberikan ungkapan tertentu
seperti “ kalian dating kesini tujuan utamanya adalah belajar, sungguh merugi
kalau kamu tidak aktif belajar”. Pada kegiatan ini guru tetap memotivasi siswa
dengan membantu memahami isi pertanyan, kata-kata sulit dan mengajak mereka
untuk saling membantu mengerjakan soal dan memahami isi wacana. Pada kegiatan
akhir siswa dilbatkab secara penuh membuat kesimpulan pembelajaran.
3.
Guru memberikan apersepsi yang menarik bagio siswa
dengan pertanyaan tentang pantai Barombog yang merupakan salah satu tempat
wisata yang cukup dikenal siswa.
4.
Guru menambah jam belajar menjadi 3 kali pertemua ( 6 x
45 menit ) sehingga dapat membantu siswa secara optimal dalam meyelesaikan
tugas.
5.
Guru memantau siswa secara optimal pada saat
presentase dan semua siswa diharuskan
aktif dalm kegiatan ini
6.
Guru telah menyampaikan tujuan pembelajaran pada awal
kegiatan.
7.
Guru memberikan kuis yang berkaitan dengan isi wacana
dan ini sangat bermanfaat untuk menyegarkan otak siswa untuk aktif belajar.
Mereka semakin termotivasi untuk mengikuti kegatan pembelajaran berikutnya.
8.
Guru tetap meberikan penghargaan kepada siswa yang
berprestasi.
Ditinjau
dari segi hasil belajar pada siklus kedua,
nilai hasil belajar siswa dalam memahami wacana semakin tinggi.
Rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 69,27. Hanya 1 orang siswa (3 %) yang
tidak tuntas dan 32 0rang siswa ( 97 %) telah mencapai ketuntasan. Ini berarti
telah melampau batas minimal ketuntasan klasikal minimal 75 %. Dengan demikian
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi
belajar untuk memahami isi wacana pada siswakelas X B SMA Negeri 1 Bajeng tahun
pembelajaran 2010-2011.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
pada hasil temuan pada BAB IV di atas maka penulis menyimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi belajar dalam
memahami wacana wacana pada peserta
didik kels X B SMA Negeri 1 Bajeng tahun
pembelajaran 2010-2011. Hal ini dapat dilihat bahwa motivasi belajar peserta
didik dalam memahami wacana semakin meningkat berdasarkan hasil pengamatan pada
saat proses pembelajaran berlangsung pada siklus pertama dan kedua. Pada siklus
pertama diperoleh gambaran bahwa ada 1
orang siswa (3 %) tidak aktif dalam pembelajaran, 10 orang siswa (30 %) kurang
aktif, 17 orang siswa (51,50 %) yang aktif dan hanya 5 orang siswa atau (15,5
%) yang sangat aktif dalam proses pembelajaran. Pada siklus kedua, keaktifan
siswa dalam belajar mengalami peningkatan yang signifikan. Data menunjukkan hanya
1 orang siswa (3 %) yang kurang aktif dalam pembelajaran, dan 24 orang siswa (
72,76 %) aktif, serta 8 orang siswa ( 24,24 %) yang sangat aktif mengikuti
proses pembelajaran.
Berdasarkan
hasil belajar dalam memahami wacana diperoleh data bahwa ada siklus pertama
masih ada 11 orang siswa (33,33 %) yang belum tuntas dalam pembelajaran, dan
hanya 22 orang siswa ( 66,67 %) yang mengalami ketuntasan. Ini berarti belum
cukup 75 % siswa yang tuntas secara klasikal. Rata-rata nilai siswa secara
klasikal adalah 64,85. Ini berarti belum juga mencapai KKM yakni 65. Pada siklus kedua nilai hasil
belajar siswa dalam memahami wacana mengalami peningkatan yang signifikan.
Rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 69,27. Hanya 1 orang siswa (3 %) yang
tidak tuntas dan 32 0rang siswa ( 97 %) telah mencapai ketuntasan. Ini berarti
telah melampau batas minimal ketuntasan klasikal minimal 75 %.
B.
Saran
Berdasarkan
uraian di atas, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:
- Gruru bahasa Inggris hemdaknya memilih model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai salah satu alternative dalam meningkatkan motivasi belajar dalam memahami wacana.
- Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan sedapat mungkin menyebarluaskan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai salah satu alternative dalam meningkatkan motivasi belajar dalam memahami wacana.
DAFTAR
PUSTAKA
Arends, Steven. 1997. Cooperative Learning. On line(http://WWW cooperative Learning
/pdfs/Communicative=language teaching) Download on August 6, 2010.
Arikunto, dkk.2005. Penelitian Tindakan Kelas Jakarta: PT Bumi Aksara
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurukulum Bahasa Inggris SMA/MA. Jakarta: Direktorat
pendidikan Menengah Umum.
Donald. 1950. Motivation in Learning. New York: Oxford University
Press.
Hamalik. 1992. Pentingnya Motivasi
dalam Belajar. Jakarta:
Dharma Bhakti.
Hasman. 2010. The use of Cooperative Learning in Teaching English at the Second grade
Students of SMA Negeri 1 Bontotiro. Unpublished Thesis. Makassar:
PPs UNM
Hodgson, Erdwar. 1960. Reading as
Ways of Knowledge. New
York: Longman Inc.
Ibrahim. 2010. The Effectiveness of Cooperative Learning in Teaching Reading
Comprehension to the first Grade students of SMA Negeri 1 Bulukumpa.
Unpublished Thesis. Makassar: PPs UNM.
Kamaruddin. 2009. The Effectivenes of Problem Based Learning in Teaching Speaking to the Second Grade Students of SMA
Negeri 1 Bajeng. Unpublished Thesis. Makassar:
PPs UNM.
Maslow. 1943. The Interests of Person. New Jersey: Prentice
Hall Regents.
Sugiono.2008. Motede Penelitian Pendidikan. Bandung.
Alfabeta.
Warni. 2010. Teaching English through
Cooperative Learning at the Second class of SMP 3 Gangking. Unpublished Thesis.
Makassar: PPs UNM
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, sebab berkat rahmat
dan taufik-Nya sehingga karya tulis ini
dapat selesai tanpa hambatan yang berarti.
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh data dan
informasi yang akurat tentang penggunaan Metode ESA pada peserta didik kels X A SMA Negeri 1
Bontonompo selatan untuk meningkatkan
motivasi belajar dan kemampuan memahami kosa kata tahun pembelajaran 2010-2011.
Hasil penelitian diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran kepada semua guru khususnya guru bahasa Inggris. Dalam karya tulis ini, penulis kemukakan
proses penelitian tindakan kelas, namun dengan tulus ikhlas penulis mengakui
bahwa pelaksanaan dan penggarapan penelitian ini belum menunjukkan hasil yang
sempurna, meskipun telah dikerjakan dengan usaha yang maksimal. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan keahlian, dan fasilitas lainnya. Oleh karena itu,
penulis dengan lapang dada senantiasa menerima saran dan kritikan demi
penyempurnaan karya tulis ini.
Selain
itu, penulis menyadari bahwa perjuangan untuk merampungkan karya tulis ini
tidak akan pernah terwujud tanpa uluran tangan dari berbagai pihak, baik
langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, dengan kerendahan hati, penulis
mengucapkan terima kasih kepada Drs. Safaruddin., selaku Kepala SMA
Negeri 1 Bonotnompo selatan yang senantiasa memberikan motivasi,
informasi dan arahan dalam upaya peningkatan profesi guru, Drs. Kamaruddin, M.Pd., selaku ketua
MGMP Bahasa Inggris kabupaten Gowa yang senantiasa memberikan motivasi dan bimbingan
dalam penulisan karya tulis ilmiah khususnya penelitian tindakan, serta rekan-rekan
guru SMA Negeri 1 Bonotnompo selatan yang turut memberikan motivasi dalam
penelitian ini. Akhirnya, kepada semua pihak yang tidak bisa
penulis sebutkan satu per satu, penulis sampaikan rasa syukur dan terima kasih
yang sedalam-dalamnya. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi
pembelajaran bahasa Inggris
di sekolah khususnya di kabupaten Gowa.
Amin.
Bajeng, November
2010
Peneliti,
AISA US KAI, S.Pd.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN
JUDUL…………………………………………………. i
HALAMAN
PENGESAHAN ....................................………………. ii
KATA PENGANTAR……………………………………………… . iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………. v
DAFTAR
TABEL…………………………………………………….. vii
DAFTAR
LAMPIRAN………………………………………………. viii
ABSTRAK……………………………………………………………. ix
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah.............................................................. 3
C. Tujuan Penelitian……………………………………….... 3
D. Manfaat Penelitian………………………………………... 4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Jigsaw….…………………................................................ 5
B. Motivasi
Belajar…………………………………………. 7
C. Berbicara…………………………………………………
9
D. Kerangka Pikir……………………………………………….. 10
BAB III METODE PENELITIAN
A. Setting
Penelitian................................................................ 12
B. Prosedur Penelitian…………………………………………... 12
C. Teknik Pengumpulan
Data………………………………. 16
D. Instrumen Penelitian……………………………………… 17
E. Teknik Analisis Data……………………………………… 17
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian……………………………………………... 19
1. Siklus I………………………………………………….. 19
2. Siklus II……...................................................................... 28
B. Pembahasan………………………………………………….. 37
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan…………………………………………………….. 39
B. Saran………………………………………………………… 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kriteria
penilaian untuk mengetahui kemampuan berbicara…………15
2. Hasil Observasi Pelaksanaan Tindakan pada Siklus I ........................22
3.
Hasil
Observasi Tentang Prilaku Peserta Didik dalam pelaksanaan
Tindakan pertama………………………………………………….. 23
4. Nilai Hasil Belajar Pesera Didik pada Siklus
I....................................25
5. Analisis Hasil Belajar Peserta Didik pada
Siklus I..............................26
6. Hasil
Observasi Pelaksanaan Tindakan pada
Siklus II .....................31
7. Hasil Observasi tentang Perilaku Siswa dalam
pelaksanaan Tindakan
Kedua................................................................................................ 32
8 Nilai
Hasil Belajar Peserta Didik pada Siklus
II..............................
34
9.
Analisis
Hasil Belajar Peserta Didik pada Sikl
II...............................36
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Siklus
I.
2.
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Siklus II
3.
Instrumen
Observasi Pelaksanaan Tindakan
4.
Instrumen
Observasi tentang Motivasi/Perilaku Peserta Didik Terhadap Pembelajaran.
.
ABSTRAK
Aisa Uskai. 2010. “Penggunaan
Model Pembelajaran Kooperatif
Learning tipe STAD dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Untuk Meningkatakan Motivasi
Belajar dalam memahami Wacana. Karya tulis hasil penelitian tindakan kelas dalam
rangka pengembangan profesi guru.
Penelitian
tindakan kelas ini bertujuan untuk
memperoleh data dan informasi tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD dalam pembelajaran bahasa Inggris untuk meningkatakan motivasi belajar dalam
memahami wacana
Penelitian
ini bersifat deskriftif kuantitatif. Teknik pengumpulan data dengan cara
merekam proses pembelajaran untuk mengetahui keberhasilan dan kelemahan
tindakan yang diberikan, mengetahui tingkat perilaku atau motivasi peserta
didik dalam pembelajaran bahasa Inggris, dan memberikan penilaian terhadap hasil unjuk kerja peserta didik dalam memahami
wacana. Subjek dalam
penelitian ini adalah semua peserta didik Kelas X B SMA Negeri 1 Bajeng kabupaten Gowa tahun pembelajaran 2010-2011 yang berjumlah 33 orang.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif
learning tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan motivasi belajar dalam
memahami wacana pada peserta didik
kelas Kelas
X B SMA Negeri 1 Bajeng
kabupaten Gowa tahun pembelajaran 2010-2011. Hal ini dapat
diketahui dari hasil rekaman proses pembelajaran yang menunjukkan perilaku peserta didik
semakin baik dari siklus pertama sampai siklus kedua.. Kemudian nilai hasil
belajar peserta didik mulai dari siklus I sampai siklus II mengalami
peningkatan. Hasil belajar pada siklus pertama menunjukkan bahwa pada
siklus pertama rata-rata nilai siswa secara klasikal adalah 64,85. Ini berarti
belum juga mencapai KKM yakni 65. Pada
siklus kedua nilai hasil belajar siswa dalam memahami wacana mengalami
peningkatan yang signifikan. Rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 69,27.
Hanya 1 orang siswa (3 %) yang tidak tuntas dan 32 0rang siswa ( 97 %) telah
mencapai ketuntasan. Ini berarti telah melampau batas minimal ketuntasan
klasikal minimal 75 %.
Peningkatan hasil belajar yang terus
meningkat ini disebabkan perilaku atau motivasi siswa dalam pembelajaran bahasa
Inggris dengan menggunakan kooperatif learning tipe STAD dari siklus I sampai siklus III semakin
meningkat. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis perilaku atau motivasi
siswa, dimana pada siklus I hanya 66,55 % pesera didik yang aktif dalam
pembelajaran, setelah diadakan
perbaikan tindakan, maka pada siklus II keaktifan [easrta didik
meningkat menjadi 97.
LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN
REKAMAN HANDPHONE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERBAHASA
INGGRIS PADA SISWA KELAS X 4 SMA NEGERI 1 BONTOMARANNU TAHUN PEMBELAJARAN
2010-2011
OLEH
AISA US KAI,
S.Pd.
NIP.
19770217 200701 1 014
GURU BAHASA
INGGRIS SMA NEGERI 1 BONTOMARANNU
DINAS PENDIDIKAN, OLAHRAGA DAN PEMUDA
KABUPATEN GOWA
2010
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SIKLUS I
Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Bajeng
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas/semester : X / I
Tahun
Pembelajaran : 2010-2011
Waktu : 4 x 45 menit (2 x pertemuan )
I. Standar
Kompetensi : Memahami makna teks tulis fungsional pendek esei sedehana
berbentuk recount, narrative, dan procedure dalam konteks kehidupan sehari-hari
untuk mengakses ilmu pengetahuan
II. Kompetensi
Dasar : Memahami makna dalam teks tulisx fungsional pendek esei
sederhana berbentuk recount, narrative dan procedure resmi dan tak resmi secara akurat , lancer dan
berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari untuk mengakses ilmu pengetahuan.
III. Indikator : - Membaca nyaring bermakna
wacana ragam tulis
-
Mengidentifikasi topic wacana
-
Mengidentifikasi makna kata
-
Menemukan ide utama
-
Mengidentifikasi pesan moral wacana
III Tujuan Pembelajaran :
a.
Diberikan teks tulis dapat membaca nyaring teks
tersebut dengan tepat
b.
Diberikan teks tulis siswa dapat menemukan topic wacana
dengan tepat
c.
Diberikan teks tulis siswa dapat menemukan makna kata
d.
Diberikan teks tulis siswa dapat menemukasn ide utama
paragraph tertentu
e.
Diberikan teks tulis siswa dapat menemukan pesan moral
teks tersebut
IV.Materi Pokok
Reading “ Recount”
V. Prosedur Pembelajaran
Pertemuan Pertama:
No
|
Tahap Kegiatan
|
Kegiatan
|
Waktu
|
1
|
Kegiatan Awal
|
-
Guru
dan peserta didik memulai pembelajaran yang diawali dengan doa bersama
-
Guru
memeriksa kehadiran peserta didik dan memberi motivasi.
-
- -
Guru meminta peserta didik mengambil tempat duduk sesuai dengan
kelompoknya yang telah ditentukan.
-
- Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
|
15 menit
|
2
|
Kegiatan Inti
|
-
Guru dan peserta didik melakukan tanya jawab tentang berbagai hal
yang berkaitan dengan topik materi
-
Guru menjelaskan kata-kata sulit pada
pertanyaan dan teks wacana.
-
Peserta
didik mendiskusikan teks tersebut
-
Guru
mengawasi dan memberi bantuan kepada peserta didik jika diperlukan.
-
Peserta didik mempresentasekan hasil
diskusinya
|
60 menit
|
3
|
Kegiatan Akhir
|
-
Guru
dan peserta didik menyimpulkan pembelajaran, dan memberikan kuis kepada peserta didik
-
Guru member pujian kepada peserta didik yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran.
-
Guru
dan peserta didik melakukan refleksi
- Guru – Guru
dan peserta didik menutup pembelajaran dengan dengan doa bersama
|
15 menit
|
Pertemuan kedua
No
|
Tahap Kegiatan
|
Kegiatan
|
Waktu
|
1
|
Kegiatan Awal
|
-
Guru
dan peserta didik memulai pembelajaran yang diawali dengan doa bersama
-
Guru
memeriksa kehadiran peserta didik dan memberi motivai.
-
- -
Guru meminta peserta didik mengambil tempat duduk sesuai dengan
kelompoknya yang telah ditentukan.
-
- Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
|
15 menit
|
2
|
Kegiatan Inti
|
-
Guru memberikan teks tulis dan
beberapa pertanyaan
-
Siswa mendiskusikan teks dan pertanyaan
tersebut
-
Guru
mengawasi dan memberi bantuan kepada peserta didik jika diperlukan.
-
Peserta didik mempresentasekan hasil diskusinya.
|
60 menit
|
3
|
Kegiatan Akhir
|
-
Guru
dan peserta didik menyimpulkan pembelajaran.dengan memberikan kuis
-
Guru memberikan pujian kepada peserta didik yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran.
-
Guru
dan peserta didik melakukan refleksi
- Guru – Guru
dan peserta didik menutup pembelajaran dengan dengan doa bersama
|
15 menit
|
VI. Sarana Belajar : Buku Paket, kamus bahasa Inggris, Gambar.
VII.
Penilaian : Penilaian proses berupa unjuk
kerja
Bajeng, Juli 2010
Mengetahui
Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran,
Drs. Muh. Basir, M.Pd.. AISA USKAI, S.Ps.
NIP. 131418682 NIP. 19621010 198512 2 004
Lampiran 2
RENCANA PEMBELAJARAN SIKLUS II
Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Bajeng
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas/semester : X / I
Tahun
Pembelajaran : 2010-2011
Waktu : 4 x 45 menit (2 x pertemuan )
I. Standar
Kompetensi : Memahami makna teks tulis fungsional pendek esei sedehana
berbentuk recount, narrative, dan procedure dalam konteks kehidupan sehari-hari
untuk mengakses ilmu pengetahuan
II. Kompetensi
Dasar : Memahami makna dalam teks tulisx fungsional pendek esei
sederhana berbentuk recount, narrative dan procedure resmi dan tak resmi secara akurat , lancer
dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari untuk mengakses ilmu
pengetahuan.
III. Indikator : - Membaca nyaring bermakna
wacana ragam tulis
-
Mengidentifikasi topic wacana
-
Mengidentifikasi makna kata
-
Menemukan ide utama
-
Mengidentifikasi pesan moral wacana
III Tujuan Pembelajaran :
a.
Diberikan teks tulis dapat membaca nyaring teks
tersebut dengan tepat
b.
Diberikan teks tulis siswa dapat menemukan topic wacana
dengan tepat
c.
Diberikan teks tulis siswa dapat menemukan makna kata
d.
Diberikan teks tulis siswa dapat menemukasn ide utama
paragraph tertentu
e.
Diberikan teks tulis siswa dapat menemukan pesan moral
teks tersebut
IV.Materi Pokok
Reading “ Narrative”
V. Prosedur Pembelajaran
Pertemuan Pertama:
No
|
Tahap Kegiatan
|
Kegiatan
|
Waktu
|
1
|
Kegiatan Awal
|
-
Guru
dan peserta didik memulai pembelajaran yang diawali dengan doa bersama
-
Guru
memeriksa kehadiran peserta didik dan memberi motivasi.
-
- -
Guru meminta peserta didik mengambil tempat duduk sesuai dengan
kelompoknya yang telah ditentukan.
-
- Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
|
15 menit
|
2
|
Kegiatan Inti
|
-
Guru dan peserta didik melakukan tanya jawab tentang berbagai hal
yang berkaitan dengan topik materi
-
Guru menjelaskan kata-kata sulit pada
pertanyaan dan teks wacana.
-
Peserta
didik mendiskusikan teks tersebut
-
Guru
mengawasi dan memberi bantuan kepada peserta didik jika diperlukan.
-
Peserta didik mempresentasekan hasil
diskusinya
|
60 menit
|
3
|
Kegiatan Akhir
|
-
Guru
dan peserta didik menyimpulkan pembelajaran, dan memberikan kuis kepada peserta didik
-
Guru member pujian kepada peserta didik yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran.
-
Guru
dan peserta didik melakukan refleksi
- Guru – Guru
dan peserta didik menutup pembelajaran dengan dengan doa bersama
|
15 menit
|
Pertemuan kedua
No
|
Tahap Kegiatan
|
Kegiatan
|
Waktu
|
1
|
Kegiatan Awal
|
-
Guru
dan peserta didik memulai pembelajaran yang diawali dengan doa bersama
-
Guru
memeriksa kehadiran peserta didik dan memberi motivai.
-
- -
Guru meminta peserta didik mengambil tempat duduk sesuai dengan
kelompoknya yang telah ditentukan.
-
- Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
|
15 menit
|
2
|
Kegiatan Inti
|
-
Guru memberikan teks tulis dan
beberapa pertanyaan
-
Siswa mendiskusikan teks dan pertanyaan
tersebut
-
Guru
mengawasi dan memberi bantuan kepada peserta didik jika diperlukan.
-
Peserta didik mempresentasekan hasil
diskusinya.
|
60 menit
|
3
|
Kegiatan Akhir
|
-
Guru
dan peserta didik menyimpulkan pembelajaran.dengan memberikan kuis
-
Guru memberikan pujian kepada peserta didik yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran.
-
Guru
dan peserta didik melakukan refleksi
- Guru – Guru
dan peserta didik menutup pembelajaran dengan dengan doa bersama
|
15 menit
|
VI. Sarana Belajar : Buku Paket, kamus bahasa Inggris, Gambar.
VII.
Penilaian : Penilaian proses berupa unjuk
kerja
Bajeng, Juli 2010
Mengetahui
Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran,
Drs. Muh. Basir, M.Pd.. AISA USKAI, S.Ps.
NIP. 131418682 NIP. 19621010 198512 2 004
Lampiran
SOAL SIKLUS I
1. What is the topic of the text ?
2. What is the main idea of the first
paragraph?
3. What is the idea of the second paragraph!
4. When did the hotel built?
5. Will Akhmad go to the hotel?why ?
6. What is the moral
value of the text?
SOAL SIKLUS II
1. What is the topic of the text ?
2. What is the main idea of the
second paragraph?
3. What is the idea of the last
paragraph!
4.
When will the competition be done?
5.
Will the students of SMA Taruna Medan join it?
6.
What is the moral value of the text?
Lampiran 4
INSTRUMEN OBSERVASI PELAKSANAAN TINDAKAN
1.Apakah guru dan peserta didik melakukan
doa bersama pada awal pembelajaran?
2.Apakah guru mengelompokkan peserta didik
sesuai dengan perencanaan?
3 Apakah guru menyampaikan indikator pencapaian pembelajaran
dan motivasi kepada peserta didik?
4.Apakah guru dan peserta didik bertanya jawab
tentang kalimat yang sulit dalam tugas?
5. Apakah peserta didik berdiskusi dalam
kelompok untuk menyusun konsep?
6. Apakah guru mengawasi dan membantu
peserta didik dalam menyusun
ide?
8. Apakah peserta didik
mengungkapkan ide di depan kelas?
9. Apakah guru memberikan penilaian kepada peserta
didik yang sedang mengungkapkan ide secara lisan?
10. Apakah guru
memberikan kuis?
11. Apakah guru dan peserta didik menyimpulkan
pembelajaran ?
12. Apakah guru dan peserta didik melakukan refleksi pembelajaran ?
13. Apakah guru dan peserta didik menutup pembelajaran dengan doa bersama?
Lampiran 5
INSTRUMEN OBSERVASI TENTANG PERILAKU/MOTIVASI PESERTA DIDIK TERHADAP PROSES
PEMBELAJARAN
INDIKATOR
|
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
Kedisiplinan
Keaktifan
Tepat waktu menyelesaikan tugas
|
Keterangan :
A : Sangat
tinggi ( 90 – 100 )
B : Tinggi
( 80 – 89 )
C. Cukup ( 71 – 79 )
D. Kurang ( 61 – 70 )
E Kurang Sekali ( 50 – 60 ).
Lampiran 5
INSTRUMEN OBSERVASI TENTANG PERILAKU/MOTIVASI PESERTA DIDIK TERHADAP PROSES
PEMBELAJARAN
INDIKATOR
|
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
Kehadiran
siswa di kelas
Keaktifan
berdiskusi dan presentase
Tepat waktu menyelesaikan tugas
|
Keterangan :
Sangat Aktif : 13 – 15
Aktif : 9 – 12
Kurang Aktif : 5 – 8
Tidak aktif : 0 - 4
Komentar
Posting Komentar
Only positif comment will be apreciated