Sekapur sirih, mengubah imeg tentang diri Anda
Menemukan
cara belajar yang tepat untuk diri kita mungkin tidak mudah. Namun lebih dari
itu,
‘semangat’-lah
yang terpenting
P
|
ernakah anda
merasa begitu sulit untuk belajar? Jika pernah, itu juga yang banyak dialami
oleh banyak orang. Tapi bagi anda yang tetap senang belajar, berarti anda patut
bersyukur. Bagi umumnya orang yang tidak selalu senang belajar, itu karena
semangatnya kurang termotivasi. Namun, bagaimana motivasi itu bisa meningkatkan
semangat? Seseorang yang mempunyai semangat yang tinggi, ia akan berusaha
mencapai suatu sasaran dengan tepat waktu, atau secara efisien. Ia tidak akan
membuang-buang waktunya dengan percuma sebelum sasaran itu tercapai. Dalam
kondisi apapun ia tetap termotivasi untuk tetap bekerja sampai tujuannya
tercapai. Sementara itu, seseorang dikatakan termotivasi jika ketika menekuni
sesuatu ia focus terhadapnya. Dengan motivasi itu, ia seakan mengalami suatu
paksaan atau dorongan yang kuat yang membuatnya berenergi, secara terus menerus
(berlanjut) tanpa henti disertai tingkah laku secara langsung dalam upaya mencapai
tujuan yang dicita-citakan (Baron, 1992 dan Schunk, 1990). Jika dalam belajar,
seseorang yang termotivasi tidak akan berhenti mengerjakan tugas yang diberikan
sebelum ia mendapatkan jawaban yang ia cari.
Secara
harfiah, semangat dan motivasi tampaknya dua hal yang sulit dibedakan. Namun,
motivasi datang dalam diri seseorang ketika akan mengikuti suatu perlombaan.
Sebaliknya bagaimana perlombaan itu akan ia menangkan, disitulah semangat (spirit) akan terlihat. Seseorang yang
termotivasi tinggi ia akan berusaha bagaimana pun caranya agar ia dapat
terdaftar dan mengikuti perlombaan tadi. Demikian juga dengan keiinginan untuk
menang, seseorang yang bersemangat akan memperlihatkan semangat juangnya saat
berlamba dari awal hingga akhir perlombaan.
Dalam
belajar pun tidak jauh berbeda dengan perlombaan. Seorang pelajar yang
mempunyai suatu angan-angan yang lebih dikenal dengan cita-cita, ia akan juga
mempunyai motivasi tinggi untuk mengejar cita-citanya itu. Bagaimana kemudian
agar cita-citanya itu dapat terwujud, ia akan senantiasa berusaha dengan giat
melalui cara belajar yang baik. Karena ia yakin dengan usahanya itu ia akan
menggapai cita-citanya itu. Ia akan memupuk semangatnya tanpa kenal lelah demi
sesuatu yang ia inginkan. Dengan demikian, semangat yang ia bina dalam dirinya akan
membuatnya tidak kenal menyerah apalagi berputus asah untuk selalu berjuang
demi cita-citanya. Dalam hal ini mungkin karena motivasinya, ia ingin dikenal
orang sebagai salah satu sosok manusia yang sukses di lingkungan tempat
tinggalnya. Sama halnya ketika seorang pembalap di motogp, misalnya, ketika sedang berada di lintasan balap, ia
memperlihatkan semangat membalapnya yang tinggi. Tak satu celah pun yang ia
berikan kepada lawan-lawannya. Ini ia lakukan karena dilandasi oleh motivasi
menjadi juara dunia tahun itu.
Dengan
demikian, untuk suatu keberhasilan dalam belajar misalnya, motivasi akan
melahirkan semangat yang tinggi bagi pelajar tersebut. Jika semangat itu sudah
ada dalam diri seorang pelajar, keinginannya untuk segera mendapatkan
cita-citanya akan ia penuhi sesegera mungkin. Jika waktu normal yang ditempuh
umumnya pelajar dalam mendapatkan gelar sarjana S1 biasanya 4 tahun, ia akan
berusaha mengifisienkan waktunya sehingga hanya 3 tahun 6 bulan atau bahkan
lebih singkat dari itu. Inilah hakekat dari semangat itu. Berjuang tanpa kenal
lelah demi cita-cita agar waktu tempuh untuk tujuan cita-cita itu akan
seminimal mungkin. Tidak perduli dengan keadaan ekonomi orang tua dan kemampaun
intelektualnya sendiri. Yang ia tahu, berjuang untuk mewujudkan cita-cita
adalah yang utama baginya. Oleh karena itu, dengan semangat yang ia mililki, ia
akan menggapai cita-citanya dengan sesegera mungkin.
Bagaimana
meningkatkan semangat agar tetap tinggi, dalam hukum ketertarikan (the secret of law of attraction),
sebaiknya seseorang menyadari betul apa yang ia bisa. Kemampuan seperti apa
yang ia sudah tahu dan yang belum ia tahu dalam dirinya baik secara sadar atau
pun tidak.
Dalam
memahami kemampuan atau potensi yang ada pada diri kita, ada 4 hal yang
seharusnya kita sadari. 1) Tahu apa yang kita tahu. Ini artinya secara sadar
kita tahu potensi diri kita seperti apa. Di bidang mana kita sudah bisa (qualify). 2) Tahu yang kita tidak tahu. Kita
secara sadar tahu di bidang apa yang kita belum mampu (unqualify). 3) Tidak tahu apa yang kita tahu. Artinya, kita belum
bisa memahami kemampuan apa dalam diri kita yang sebenarnya kita qualify. Sejauh yang kita sudah lakukan,
kita belum menyadari bahwa sebenarnya kita masih punya potensi untuk lebih baik
dari apa yang kita telah lakukan. Sehingga secara tidak sadar, kita tidak
berusaha menunjukkan kemampuan terbaik kita di mata orang-orang sekitar kita.
4) Tidak tahu apa yang kita tidak tahu. Ini menunjukkan seseorang yang
benar-benar tidak tahu bahwa sebenarnya is punya potensi yang luar biasa dalam
dirinya. Ia selalu menggambarkan dirinya sebagai seorang siswa yang
berkemampuan di bawah rata-rata. Ia tidak sadar bahwa Tuhan menciptakannya dan
lahir di muka bumi ini, memang sudah memiliki potensi. Bagaimana kemudian
potensinya itu termanifestasi dalam bentuk nyata, ia tidak tahu bagaiman
caranya. Sehingga dalam belajar dan melakukan aktivitas apapun bentuknya, ia
tidak bisa menunjukkan potensinya itu. Ia selalu terkekang dengan imaginasi
sendiri yang selalu rendah diri di depan teman-temannya. Kepercayaan dirinya
tidak dibangkitkan dalam upaya menunjukkan diri dengan kemampuannya yang ia
miliki.
Ketika
kesadaran akan potensi yang ada dalam diri, pertanyaan selanjutnya adalah
bagaimana mewujudkannya agar kita tidak lagi terkungkung dan terisolir dengan
pemahaman yang keliru dalam diri kita? Secara sederhana adalah mulai berbuat
dan melakukan hal-hal yang kita yakini itu. Tanyakan dalam dirinya apa yang
belum anda lakukan dan nyatakan. Yakini bahwa apa yang anda inginkan itu akan
membawa perubahan dalam diri anda. Ciptakan ruang dalam dirinya bahwa anda
dengan rela menerima perubahan yang nantinya akan terjadi dalam diri anda
dengan kata kunci “DeViSe”.
Pertama
adalah ‘De’ yang merupakan akronim dari desire,
keinginan. Jika anda menginginkan sesuatu, jadikan itu menjadi sebuah obsesi.
Pertegas obsesinya hingga seoalah-olah anda terbakar olehnya. Kedua, ‘Visualise’ adalah Gunakan semua indra
anda untuk merasakan, mencium, mencicipi, mendengar, melihat dan semua data
sensory anda yang bisa anda tarik untuk keinginannya itu. Tak sedetik pun yang
ingin anda lewatkan demi tujuan mewujudkan cita-cita itu. Ketiga adalah ‘Emotionalize’, jika anda telah
benar-benar kuat dalam menginginkan sesuatu dan telah melihatnya sebagai sebuah
hal yang nyata bagi anda, maka padukanlah dengan emosi anda bawa dalam bentuk
ketertarikan (excited) dari apa yang
anda telah terima. Anda senantiasa merasa bersyukur dan berterima kasih kepada
pencipta atas apa yang anda telah terima dari-Nya.
Dalam
hal manajemen waktu, kita bisa melakuakan apa yang disebut “Time Compressed Energy”. Seumpama anda
ingin mewujudkan keinginannya dalam waktu 10 hari, itu artinya anda
memanfaatkan 1 bagian energy anda dalam sehari. Tapi jika anda berusaha
mewujudkan keinginannya dalam waktu 5 hari, itu artinya anda telah mamanfaatkan
2 bagian energy anda dalam sehari. Dan sekiranya anda mampu mewujudkan
keinginannya dalam 1 hari, berarti anda telah mampu memanfaatkan energynya 10
penuh. Itu artinya anda telah mampu memanfaatkan 10 bagian energynya dalam
sehari saja. Coba bayangkan berapa kekuatan yang anda mampu manfaatkan dengan
kemampuan anda sendiri me-manage waktunya.
Diambil dari “The
Secret of Law of Attraction”
Tidak jelas
sumbernya.
Komentar
Posting Komentar
Only positif comment will be apreciated